Wartawan sekaligus penulis asal Aceh Ayi Jufridar menerbitkan buku kumpulan cerpen berjudul Cinta Dalam Secangkir Sanger yang berisi 25 cerpen berlatar konflik di provinsi paling barat Indonesia tersebut.

“Konflik di Aceh bisa saja terjadi di mana saja dan kapan saja. Saya tidak mengangkat sisi geografisnya, tetapi lebih menekankan aspek kemanusiaan yang relevan dengan negara mana pun di belahan bumi ini,” kata Ayi Jufridar dalam keterangan tertulis di Lhokseumawe, Sabtu.

Kumpulan cerpen Cinta Dalam Secangkir Sanger mengambil judul salah satu cerpen yang ada dalam buku tersebut. Cerpen itu berkisah tentang perjuangan seorang pemuda mantan gerilyawan yang kembali mengangkat senjata untuk melawan mantan kawan seperjuangan yang menjadi penguasa korup.

Perjalanan hidup pemuda tersebut, termasuk kehidupan asmaranya dengan seorang perempuan, diibaratkan seperti rasa sanger yang manis dengan sedikit rasa pahit di ujungnya. Rasa sanger seolah mewakili perjalanan hidup pasangan itu yang bisa saja berakhir duka atau bahagia.  

Kisah-kisah lain dalam buku ini juga sangat dekat dengan kondisi di Aceh selama atau pascakonflik bersenjata, baik menyangkut isu politik, ekonomi, sosial, budaya, dan perasaan terdalam anak manusia.

Meski menemukan relevansi konflik tersebut dengan kejadian di Aceh, hampir tidak ada sebutan Aceh di dalam buku fiksi ini, kata Ayi Jufridar.  

Ayi Jufridar menambahkan antologi cerpen Cinta Dalam Secangkir Sanger diterbitkan Prabu Dua Satu, Kota Wisata Batu, Malang. Cerpen-cerpen dalam antologi ini, ada yang sudah pernah diterbitkan media cetak dan elektronik serta beberapa cerpen lainnya belum pernah terbit di mana pun. 

"Ini merupakan buku fiksi kelima saya, setelah Alon Buluek, Kabut Perang, Putroe Neng, dan 693 Km Jejak Gerilya Sudirman," kata Ayu Jufridar.
 

Pewarta: Dedy Syahputra

Editor : M.Haris Setiady Agus


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2021