Ketua Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Kabupaten Aceh Barat Teungku Abdurrani Adian meminta kepada seluruh umat muslim di Aceh, agar menghargai keputusan masyarakat yang melaksanakan ibadah puasa secara berbeda pada bulan suci Ramadhan 1442 hijriah.

“Mari kita jadikan perbedaan awal Ramadhan ini secara arif dan bijak, dan mampu meningkatkan kita dalam persatuan dan kesatuan bangsa,” kata Teungku Abdurrani Adian di Meulaboh, Rabu.

Seperti diketahui, sebagian masyarakat di Provinsi Aceh mulai melaksanakan ibadah puasa di bulan suci Ramadhan 1442 hijriah secara berbeda sejak Senin (12/4) lalu.

Khusus untuk jamaah pengikut Tarikat Syattariyah atau dikenal pengikut ajaran ulama kharismatik Aceh Abu Habib Muda Seunagan mulai melaksanakan ibadah puasa di bulan suci Ramadhan pada Senin (12/4) lalu.

Kemudian masyarakat pengikut pemerintah dan warga Nahdlatul Ulama (NU) atau Ahli Sunnah Wal Jamaah serta Muhammadiyah mulai melaksanakan awal puasa Ramadhan pada hari Selasa (13/4).

Serta kemudian dari kalangan ulama dayah tradisional di Aceh mulai melaksanakan ibadah puasa Ramadhan 1442 Hijriyah pada Rabu (14/4) hari ini.

Menanggapi perbedaan tersebut, salah satu ulama Aceh Teungku Abdurrani Adian menyatakan perbedaan penetapan awal Ramadhan tersebut adalah rahmat, dan hendaknya tidak menjadikan perbedaan ini sebagai sarana perpecahan umat Islam di Aceh termasuk di Tanah Air.

Pihaknya meminta agar masyarakat dapat menghormati perbedaaan pelaksanaan ibadah tersebut, guna meningkatkan persatuan dan kesatuan bangsa, agar ibadah yang dijalankan pada bulan suci dan penuh pengampunan ini menjadi berkah dan sarana memperkuat persaudaraan.

“Semoga perbedaan ini menjadikan kita semakin khusyuk dalam beribadah kepada Allah SWT,” kata Teungku Abdurrani Adian mengharapkan.
 

Pewarta: Teuku Dedi Iskandar

Editor : Khalis Surry


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2021