Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pidie Jaya, Aceh, membutuhkan anggaran lebih dari Rp 100 miliar untuk membangun penggilingan padi modern. 

Wakil Bupati Pidie Jaya Said Mulyadi di Banda Aceh, Rabu, mengatakan keberadaan penggilingan padi modern tersebut untuk mencegah gabah petani dijual keluar daerah.

"Selama ini, sebagian besar gabah petani dijual ke luar daerah karena keterbatasan penggilingan padi di Pidie Jaya. Akibatnya, pendapatan petani lebih rendah jika yang dijual gabah bukan beras," kata Said Mulyadi.

Said Mulyadi mengatakan Pemkab Pidie Jaya sudah membuat perencanaan pembangunan penggilingan padi modern tersebut.  Perencanaan tersebut disusun dan dijadikan proposal untuk dijadikan kepada pemerintah pusat.

"Kami berharap pemerintah pusat menyetujui dan membiayai pembangunan penggilingan padi modern. Untuk membangun dengan anggaran sendiri, Pemkab Pidie Jaya tentu tidak sanggup karena keuangan yang terbatas," kata Said Mulyadi.

Said Mulyadi mengatakan selama ini Pidie Jaya termasuk kabupaten di Provinsi Aceh yang mengalami surplus padi. Produksi padi di Pidie Jaya mencapai 115 ribu ton per tahun. Sementara, kebutuhan masyarakat hanya berkisar 15 ribu hingga 20 ribu ton per tahun.

"Kami terus berupaya meningkatkan produktivitas petani dengan meningkatkan musim panen. Selama ini, musim panen dua kali setahun, ke depan diupayakan lima kali dalam setahun," kata Said Mulyadi.

Menurut Wakil Bupati Pidie Jaya tersebut, peningkatan produktivitas padi tersebut harus sejalan dengan kehadiran penggilingan dengan teknologi modern, sehingga hasil jual berasnya lebih meningkat. Bukan seperti selama ini, yang dijual gabah, bukan beras.

"Karena itu, kami berharap pemerintah pusat membangun penggilingan padi modern di Pidie Jaya guna meningkatkan kesejahteraan petani di kabupaten pemekaran Pidie tersebut," kata Said Mulyadi.
 

Pewarta: M Haris SA

Editor : M.Haris Setiady Agus


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2021