Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menegaskan fenomena awan mirip Unidentified Fliying Object “UFO” yang terlihat di langit di kawasan Desa Punge, Kota Banda Aceh pada Selasa (6/7) sore termasuk awan yang sangat berbahaya bagi penerbangan.
“Awan berbentuk “UFO” ini disebut wan Lenticularis atau biasa disebut awan topi atau awan tudung. Bagi penerbangan dampaknya sangat berbahaya,” kata Prakirawan Stasiun BMKG Meulaboh-Nagan Raya Rezky P Hartiwi di Meulaboh, Rabu.
Ia menjelaskan, awan Lenticularis sangat berbahaya bagi pesawat terbang karena bisa menyebabkan turbulensi atau goncangan secara vertikal yang kuat, karena pesawat bisa mengalami penurunan tekanan secara drastis.
Khusus bagi pesawat yang terbang dengan level ketinggian yang rendah, biasanya pilot sangat menghindari awan Lenticularis ini, katanya.
Sedangkan dampak bagi masyarakat, kata dia, biasanya awan tersebut dapat menyebabkan terjadinya angin kencang, dan hujan. Namun seiring berjalannya waktu awan ini akan luruh.
“Kalau untuk masyarakat menghindari awan ini biasanya harus tetap di dalam rumah ya, kalau pun ada yang mengharuskan beraktivitas di luar, di imbau untuk tetap waspada dan hati-hati,” imbaunya.
Rezky P Hartiwi juga menjelaskan, awan ini biasanya tumbuh di sekitar gunung atau bukit akibat hembusan angin di kawasan pegunungan.
“Awan Lenticularis ini dapat menyebabkan adanya turbulensi atau putaran angin secara vertikal yang kuat, sehingga sangat berbahaya bagi penerbangan dgn level rendah,” katanya
Fenomena awan topi atau tudung ini biasanya terjadi pada saat saat tertentu atau disebut bersifat momentum, awan ini terjadi akibat adanya massa udara yang basah melintasi daerah pegunungan.
Meskipun awan ini indah atau unik, tapi awan ini berbahaya bagi dunia penerbangan.
BMKG juga mengimbau masyarakat tetap tenang dan waspada serta bisa mendapatkan informasi yang akurat mengenai fenomena semacam ini, katanya menuturkan.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2021
“Awan berbentuk “UFO” ini disebut wan Lenticularis atau biasa disebut awan topi atau awan tudung. Bagi penerbangan dampaknya sangat berbahaya,” kata Prakirawan Stasiun BMKG Meulaboh-Nagan Raya Rezky P Hartiwi di Meulaboh, Rabu.
Ia menjelaskan, awan Lenticularis sangat berbahaya bagi pesawat terbang karena bisa menyebabkan turbulensi atau goncangan secara vertikal yang kuat, karena pesawat bisa mengalami penurunan tekanan secara drastis.
Khusus bagi pesawat yang terbang dengan level ketinggian yang rendah, biasanya pilot sangat menghindari awan Lenticularis ini, katanya.
Sedangkan dampak bagi masyarakat, kata dia, biasanya awan tersebut dapat menyebabkan terjadinya angin kencang, dan hujan. Namun seiring berjalannya waktu awan ini akan luruh.
“Kalau untuk masyarakat menghindari awan ini biasanya harus tetap di dalam rumah ya, kalau pun ada yang mengharuskan beraktivitas di luar, di imbau untuk tetap waspada dan hati-hati,” imbaunya.
Rezky P Hartiwi juga menjelaskan, awan ini biasanya tumbuh di sekitar gunung atau bukit akibat hembusan angin di kawasan pegunungan.
“Awan Lenticularis ini dapat menyebabkan adanya turbulensi atau putaran angin secara vertikal yang kuat, sehingga sangat berbahaya bagi penerbangan dgn level rendah,” katanya
Fenomena awan topi atau tudung ini biasanya terjadi pada saat saat tertentu atau disebut bersifat momentum, awan ini terjadi akibat adanya massa udara yang basah melintasi daerah pegunungan.
Meskipun awan ini indah atau unik, tapi awan ini berbahaya bagi dunia penerbangan.
BMKG juga mengimbau masyarakat tetap tenang dan waspada serta bisa mendapatkan informasi yang akurat mengenai fenomena semacam ini, katanya menuturkan.
Editor : Azhari
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2021