Takengon, 19/1 (Antaraaceh) - Bentrok yang melibatkan warga Silih Nara dengan Hyundai Corp beberapa waktu lalu berakhir sudah yang ditandai dengan pemotongan seekor kerbau, dalam adat Gayo disebut "Gelih Koro".

Bertempat di halaman mersah Al-Iqamah Bies Baru, Silih Nara, dilangsungkan prosesi adat untuk mendamaikan para pihak, warga Silih Nara dengan Hyundai Corp, dimana secara keseluruhan acara berlangsung penuh hikmat pada hari Senin, 19 Januari 2015 dengan melibatkan pemerintah kabupaten Aceh Tengah, anggota Forkopimda, camat, reje kampung, dan sejumlah tokoh masyarakat setempat.

Acara islah ini merupakan lanjutan dari kesepakatan yang dicapai minggu lalu, dimana saat itu pihak Hyundai menyepakati tujuh butir tuntutan warga yang tinggal di sekitar lokasi proyek pembangunan PLTA Prusangan.

Puncaknya adalah ketika prosesi adat tepung tawar dilakukan, dimana Mr. Kim diapit oleh dua orang reje disematkan pakaian khas Gayo berupa upuh ulen-ulen. Tepung Tawar merupakan simbol bahwa antara masyarakat dengan pihak Hyundai sudah tidak ada lagi persoalan apapun sekaligus menandai dimulainya hubungan yang lebih harmonis.

Sesaat sebelum ditepungtawari, manager Hyundai Corp, Mr. Kim mengatakan ia sangat menyesalkan insiden yang terjadi minggu lalu dan berharap kedepan insiden serupa tidak pernah lagi terjadi.

"Tanpa dukungan masyarakat kami tidak akan bisa bekerja dengan baik, dan saya menyesalkan insiden ini", ujar Kim melalui seorang interpreter.

Untuk merealisasikan niatnya, Kim berjanji segera membentuk divisi Humas di perusahaan yang dipimpinnya.

"Apapun keluhan masyarakat dapat nantinya dapat disampaikan lewat divisi Humas yang sebentar lagi kami bentuk", ujarnya.

Seperti yang telah diberitakan, sejumlah warga di Silih Nara sempat menyerang kantor Hyundai di desa Burni Bius karena adanya isu larangan merayakan maulid Nabi Muhammad kepada masyarakat oleh Hyundai. Waktu itu seorang karyawan Hyundai meminta agar maulid dirayakan dengan tidak menggunakan pengeras suara (loudspeaker).

Tidak terima dengan larangan tersebut, sejumlah warga naik pitam dan melakukan penyerangan terhadap kantor Hyundai yang terletak di desa Burni Bius.

Acara tersebut diisi oleh tausiyah yang disampaikan Tgk. Razali Irsyad yang mengingatkan agar seluruh tuntutan yang telah disepakati dapat dilaksanakan sehingga hubungan antara masyarakat dengan Hyundai tidak lagi mengalami gejolak seperti beberapa waktu lalu.

"Semua butir kesepakatan harus dilaksanakan oleh Hyundai. Jangan sampai butir kesepakatan dilanggar", Tgk. Razali mengingatkan.

Tgk. Razali juga mengingatkan agar kaum Muslimin di Dataran Tinggi Gayo dapat menjaga kerukunan, termasuk dengan pemeluk non-muslim yang berdiam di Aceh Tengah.
"Hubungan antara kita ummat Islam dengan pemeluk non-muslim haruslah harmonis dan dipelihara dengan sebaik-baiknya", ujarnya.

Dalam kesempatan yang sama, anggota DPRK Aceh Tengah, Nasaruddin mengingatkan perlunya hubungan (relasi) timbal balik antara masyarakat dengan pihak Hyundai.

"Hyundai merupakan perusahaan besar, tidak mungkin melepaskan diri dari masyarakat. Seluruh kegiatan harus melibatkan masyarakat. Harus ada koordinasi mulai dari camat hingga reje kampung agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan", ujar dia.

Sementara itu, perwakilan masyarakat Silih Nara yang diwakili oleh Forum reje kampung, Yusni meminta agar kejadian ini tidak pernah lagi terulang.

"Semoga tidak lagi terjadi. Kepada masyarakat mari kita berkoordinasi dalam menuntaskan segala permasalahan", ujarnya.

Pewarta:

Uploader : Salahuddin Wahid


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2015