Badan Baitul Mal Aceh menyiapkan dana zakat sekitar Rp13 miliar pada 2021 untuk program penyaluran bantuan alat atau perlengkapan kerja, dalam upaya memudahkan masyarakat menjalankan usahanya di tengah pandemi COVID-19.

Kepala Sekretariat Baitul Mal Aceh Rahmad Raden, Rabu, mengatakan bantuan alat kerja merupakan salah satu program zakat bersifat ekonomi produktif guna membantu pelaku usaha saat pandemi.

“Dana yang kita anggarkan untuk (bantuan alat kerja) itu Rp13 miliar,” kata Rahmad Raden di Banda Aceh.

Selain bantuan alat kerja, lanjut dia, Baitul Mal Aceh juga memiliki program bantuan bagi Kelompok Usaha Bersama (Kube) dan dana hibah bagi gampong produktif di seluruh Aceh dalam upaya membantu masyarakat menekuni usahanya.

Ia menjelaskan, pihaknya telah menyalurkan bantuan alat kerja kepada sekitar 1.000 penerima manfaat tahap pertama, yang terpusat di Kabupaten Aceh Besar dan Banda Aceh. Ke depan program itu baru direncanakan merambah ke kabupaten/kota lain di Aceh.

Program ini menyasar berbagai kalangan penerima manfaat mulai dari perdagangan, perikanan, pertukangan, perbengkelan, industri rumah tangga, pertanian hingga sektor jasa.

Menurut Rahmad, penerima manfaat tidak diberikan bantuan langsung dalam bentuk alat kerja, tetapi diberikan dalam bentuk uang tunai. Setelah menerimanya, pihak Baitul Mal Aceh langsung mendampingi para penerima manfaat tersebut untuk belanja kebutuhan usahanya.

“Bermacam-macam. Misalnya ada kios yang butuh kulkas showcase untuk pajang minuman, kompor untuk usaha makanan siap saji, kemudian di Pulo Aceh saya monitoring langsung rata-rata mereka jaring untuk alat tangkap ikan,” kata Rahmad.

Jadi yang di Banda Aceh dan Aceh Besar ini, kalau kita tuntas menyalurkannya maka kita akan realisasikan sekitar Rp8 miliar lebih untuk bantuan alat kerja pada 2021 ini, katanya lagi.

Rahmad menjelaskan uang tunai untuk membeli alat kerja yang diberikan kepada penerima manfaat bervariasi. Namun, Baitul Mal Aceh menetapkan batas harga maksimal pembelian alat kerja tersebut hingga Rp10 juta.

“Untuk satu orang kita targetkan bisa dapat barang maksimal harga Rp10 juta, tapi di lapangan fluktuatif, tergantung kebutuhan. Ada yang hanya butuh Rp1-2 juta. Tapi sejauh ini tidak sampai Rp10 juta, rata-rata antara Rp5-7 juta,” katanya.

Para penerima sudah lebih dulu mendaftar secara online. Sebelumnya, kata dia, untuk pendaftar dari Banda Aceh dan Aceh Besar mencapai 9.352 calon penerima. Kemudian baru dilakukan verifikasi administrasi sehingga mendapat 3.134 calon penerima untuk dilakukan verifikasi di lapangan.

“Hasil verifikasi faktual di lapangan itu, tersisa sekitar 1.300 penerima, maka ini yang kita salurkan. Dalam waktu dekat ini kita akan salurkan tahap kedua untuk Banda Aceh dan Aceh Besar,” katanya.

Sementara untuk program Kube menyasar seluruh Aceh. Pihaknya akan memberikan bantuan modal usaha bagi kelompok usaha masyarakat, yang tentunya sudah lebih dulu mengajukan proposal dan mengikuti verifikasi.

“Nominal bantuannya tergantung kebutuhan, fluktuatif. Rata-rata kita bantu antara Rp20-30 juta per kelompok usaha,” katanya.

Sedangkan program gampong produktif, kata dia, Baitul Mal Aceh menghibakan dana zakat kepada Baitul Mal gampong untuk digunakan dalam hal ekonomi produktif, yang bekerjasama dengan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).

Baitul Mal Aceh menyiapkan anggaran sekitar Rp4,6 miliar untuk program tersebut. Tagretnya realisasinya dua gampong dari masing-masing daerah di Aceh, yang berjumlah 23 kabupaten/kota sehingga ada 46 gampong.

“Jadi BUMDes sudah jalan, sudah menghasilkan, hanya masih kekurangan modal, dan modalnya ditambah oleh Baitul Mal gampong. Uangnya kita hibahkan ke Baitul Mal gampong ini maksimalnya Rp100 juta per gampong,” katanya.
 

Pewarta: Khalis Surry

Editor : Azhari


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2021