Kementerian Komunikasi dan Informatika sedang mencari alternatif pesawat kargo untuk mengangkut satelit SATRIA-1 setelah Antonov An-225 Mriya rusak akibat perang di Ukraina.
"Meski pun ada perang di Ukraina, satelit kita masih terjadwal," kata Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate di Jakarta, Selasa (15/3) malam.
Indonesia semula berencana menggunakan pesawat kargo terbesar di dunia Antonov untuk mengangkut satelit SATRIA-1 dari Prancis, tempat pembuatan, ke Amerika Serikat, tempat peluncuran satelit.
Pesawat Antonov An-225 Mriya, yang semula ingin digunakan, hancur karena serangan pasukan Rusia di bandara Hostomel, di luar ibu kota Kiev, pada 27 Februari.
Kerusakan ini menimbulkan masalah bagi Indonesia lantaran tidak banyak unit pesawat kargo Antonov yang tesedia di dunia. Menurut sang menteri, hanya ada sekitar 15 pesawat Antonov, tujuh diantaranya milik Rusia dan tidak mungkin digunakan karena sanksi yang dikenakan kepada negara tersebut.
Delapan pesawat Antonov lainnya, termasuk Antonov An-225 Mriya yang hancur, milik Ukraina Ukraina. Setidaknya ada tiga pesawat Antonov yang tidak mungkin digunakan karena berada di medan perang.
Kominfo berencana menggunakan Beluga dari Airbus untuk mengangkut SATRIA-1 dari tempat perakitan di Toulouse dan Cannes (Prancis) serta Belfast (Irlandia) ke lokasi peluncuran milik SpaceX di Cape Canaveral, Florida, Amerika Serikat.
Selain jalur darat menggunakan Beluga, menurut Johnny, mereka juga melihat ada alternatif lain yaitu menggunakan transportasi laut.
Antonov An-225 Mriya merupakan pesawat terpanjang dan terberat yang pernah dibuat, ia mampu mengangkut kargo berbobot 640 ton.
Konglomerasi pertahanan negara Ukraina, Ukroboronprom memperkirakan perbaikan pesawat akan memakan waktu yang lama dan membutuhkan biaya lebih dari 3 miliar dolar AS.
Satelit SATRIA-1 dijadwalkan meluncur pada pertengahan tahun 2023 dan bisa beroperasi pada kuartal terakhir tahun yang sama.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2022
"Meski pun ada perang di Ukraina, satelit kita masih terjadwal," kata Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate di Jakarta, Selasa (15/3) malam.
Indonesia semula berencana menggunakan pesawat kargo terbesar di dunia Antonov untuk mengangkut satelit SATRIA-1 dari Prancis, tempat pembuatan, ke Amerika Serikat, tempat peluncuran satelit.
Pesawat Antonov An-225 Mriya, yang semula ingin digunakan, hancur karena serangan pasukan Rusia di bandara Hostomel, di luar ibu kota Kiev, pada 27 Februari.
Kerusakan ini menimbulkan masalah bagi Indonesia lantaran tidak banyak unit pesawat kargo Antonov yang tesedia di dunia. Menurut sang menteri, hanya ada sekitar 15 pesawat Antonov, tujuh diantaranya milik Rusia dan tidak mungkin digunakan karena sanksi yang dikenakan kepada negara tersebut.
Delapan pesawat Antonov lainnya, termasuk Antonov An-225 Mriya yang hancur, milik Ukraina Ukraina. Setidaknya ada tiga pesawat Antonov yang tidak mungkin digunakan karena berada di medan perang.
Kominfo berencana menggunakan Beluga dari Airbus untuk mengangkut SATRIA-1 dari tempat perakitan di Toulouse dan Cannes (Prancis) serta Belfast (Irlandia) ke lokasi peluncuran milik SpaceX di Cape Canaveral, Florida, Amerika Serikat.
Selain jalur darat menggunakan Beluga, menurut Johnny, mereka juga melihat ada alternatif lain yaitu menggunakan transportasi laut.
Antonov An-225 Mriya merupakan pesawat terpanjang dan terberat yang pernah dibuat, ia mampu mengangkut kargo berbobot 640 ton.
Konglomerasi pertahanan negara Ukraina, Ukroboronprom memperkirakan perbaikan pesawat akan memakan waktu yang lama dan membutuhkan biaya lebih dari 3 miliar dolar AS.
Satelit SATRIA-1 dijadwalkan meluncur pada pertengahan tahun 2023 dan bisa beroperasi pada kuartal terakhir tahun yang sama.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2022