Atsiri Research Center (ARC) bersama Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala (USK) Banda Aceh menyemangati para petani Lamteuba Kecamatan Seulimeum Aceh Besar untuk beralih dari tanam ganja ke komoditi nilam dengan membuat tanaman percontohan. 

"Dulu di sana banyak yang menanam ganja, ini salah satu upaya kita mengalihkan perhatian masyarakat bahwa ada komoditi nilam, apalagi ganja satu karakter dengan nilam ini," kata Ketua Divisi Riset dan Pengembangan ARC USK Prof Rina Sriwati, di Banda Aceh, Senin.

Prof Rina mengatakan, sebagai langkah awal pihaknya melalui program lembaga penelitian dan pengabdian masyarakat (LPPM) USK telah membuat tanaman nilam percontohan seluas 250 meter persegi di wilayah tersebut untuk diperlihatkan pada petani setempat.

Baca juga: Studi ke ARC, sekolah di Bireuen bakal kembangkan pendidikan industri nilam

Pada tanaman percontohan tersebut, kata Rina, mereka menanam nilam dengan membuat perbandingan antara hasil penggunaan teknologi dan yang tidak menggunakannya. 

"Kita juga memberikan materi penyuluhan kepada petani tentang teknik pemanenan dan penanganan pasca panen nilam yang baik dan benar," ujarnya.

Rina menyampaikan, pihaknya bersama mahasiswa Fakultas Pertanian dan Pascasarjana program doktoral USK juga melakukan riset di area kebun tersebut guna melihat respon tanaman nilam terhadap aplikasi jamur antagonis, yaitu dalam bentuk pellet trichoderma, zat perangsang tumbuh, bakteri endofit Bt serta kontrol. 

Rina menyebutkan, hasil tanam nilam yang menggunakan input teknologi lebih baik ketimbang yang tidak memakainya, dimana bisa mendapatkan berat terna (berat basah tanaman) sampai 4,5 kilogram. 

Baca juga: ARC USK Aceh kuatkan UMKM anak muda berbasis minyak nilam

Sedangkan untuk penanaman yang tidak memakai teknologi hanya menghasilkan 2 kilogram per tanamannya. Meski demikian itu masih sesuai dengan rata-rata maksimal nasional yang juga 2 kilogram. 

"Kalau kita lihat secara kasat mata memang nampak perbedaan yang diberikan teknologi dan yang tidak diberikan teknologi," kata Kaprodi Program Doktor Ilmu Pertanian (DIP) Pascasarjana USK itu.

Rina menuturkan, sejauh ini petani di sana masih mengeluh dengan ketidaktersediaan ketel penyulingan, sehingga ini mempengaruhi minat petani membudidaya nilam.

Baca juga: ARC USK kejar target permintaan ekspor 30 ton minyak nilam ke Prancis

Selain itu, petani nilam Lamteuba juga masih kekurangan modal untuk berusaha tani. Karenanya, dibutuhkan investor yang mau membantu pengembangan nilam di

"Harapan petani ada dua, satu ada ketel di sana, karena sekarang masih pakai drum, dan adanya investor yang mau menanam modal," ujarnya.

Rina menjelaskan, penanaman nilam percontohan tersebut dilakukan karena memang wilayah Seulimeum itu dahulunya pernah jaya dengan nilam. Namun selama ini petani tidak mau menanam lagi karena masalah jaminan harga.

"Tanahnya juga sangat cocok dan sesuai, karenanya kita membangkitkan semangat petani menanam nilam. membangkitkan kejayaan nilam, dan bergeser dari ganja," katanya.

Tak hanya itu, lanjut Rina, pihaknya juga menyampaikan kepada petani bahwa ARC USK memiliki koperasi yang bisa menampung semua minyak dihasilkan petani guna membuat parfum serta produk turunan lainnya. 

"Petani juga bisa memanfaatkan fasilitas ketel dan peralatan yang ada di ARC USK untuk membantu proses penyulingan," demikian Prof Rina.

 

Pewarta: Rahmat Fajri

Editor : Heru Dwi Suryatmojo


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2022