Sebagai sosok seorang birokrat di Kota Lhokseumawe, Miswar Ibrahim yang kini menjabat sebagai Asisten III di Pemerintahan Kota Lhokseumawe, Provinsi Aceh, tentu saja sangat sibuk dengan rutinitasnya sehari-hari.

Melihat kesibukannya sehari-hari, namun tak mengurangi semangatnya dalam berkampanye tentang bahaya HIV AIDS kepada masyarakat. baik melalui media massa seperti talk show di radio lokal dan juga mengisi kegiatan-kegiatan diskusi tentang pencegahan HIV AIDS.

Sejak dirinya diangkat menjadi Sekretaris Komite Penangulangan AIDS (KPA) Kota Lhokseumawe sejak November lalu, Miswar terus bergulat dengan waktu diantara kesibukannya sebagai Asisten III di Pemko Lhokseumawe, dengan masalah kampanye penangulangan  HIV AIDS di Kota Lhokseumawe.

Pria asal Cot Girek Kandang, Muara Dua itu, termotivasi dengan penangulangan HIV AIDS, bukan disebabkan oleh jabatannya sebagai sekretaris di lembaga penagulangan AIDS di Kota Lhokseumawe.

Namun motivasi utama dirinya ikut terlibat langsung dalam berbagai hal masalah penanggulangan HIV AIDS, lebih ditekankan pada kepedulian terhadap ancaman bahaya HIV AIDS.

Dimana menurut Miswar, ancaman bahaya virus berbahaya tersebut sudah semakin nyata dan mengancam. Apabila tidak dilakukan langkah-langkah pencegahan sedini mungkin dengan berbagai cara, maka bahayanya akan semakin menyebar.

''Ancaman HIV AIDS seperti fenomena bola salju, semakin lama mengelinding maka akan semakin besar. Apabila dari sekarang tidak dilakukan tindakan nyata, maka akan bisa dipastikan untuk kedepan, akan lebih banyak lagi terjangkiti oleh penyakit tersebut,'' ujar pria kelahiran 15 Agustus 1960 itu.

Menurutnya, letak Kota Lhokseumawe sangat strategis, baik sebagai pusat jasa perdangangan dan juga persinggahan karena letaknya ditengah-tengah jalur transportasi Provinsi Aceh, maka tidak tertutup kemungkinan proses migrasi penyakit itu akan lebih mudah juga.

Oleh karena itu, perlu upaya-upaya jitu dan terarah, agar masyarakat memiliki pemahaman dan pengertian terhadap penyakit tersebut. sehingga apabila masyarakat sudah mengerti, maka akan lebih mudah mencegahnya.

Dalam konteks wilayah, di Aceh juga berbeda denga provinsi lainnya di Indonesia. Karena di Aceh berlaku Syariat Islam, maka lokasi-lokasi tempat terjadinya praktek prostitusi tidak ada. Beda halnya dengan daerah lain. sehingga pihak KPA daerah lain lebih mudah mendatangi lokasi yang dianggap rawan terhadap penyebaran HIV AIDS.

''Kita di Aceh lokasi yang khusus seperti jelas tidak ada. Sehingga kita harus berupaya lebih kuat dalam memberi sosialisasi kepada masyarakat tentang bahaya HIV AIDS,'' ucap Miswar.

Apalagi lanjut Sekretaris KPA itu, sekarang sudah ada layanan Voluntary Counseling Test (VCT), yang dilayani di Rumah Sakit TNI AD Lhokseumawe, Puskesmas Muara Dua dan Puskesmas Muara Satu Kota Lhokseumawe.

Dalam upaya menangulangi bahaya HIV AIDS, pihaknya sangat mengharapkan kepada masyarakat untuk mau menjalani tes HIV AIDS secara sukarela, agar dapat diketahui dan dicegah sedini mungkin sehingga tidak sampai menjalar kepada individu lain. serta diminta untuk tidak mengucilkan penderita HIV AIDS, akan tetapi memberikan semangat untuk tetap bisa sembuh.

Selain itu, dianjurkan untuk tetap menjalani pola hidup sehat serta tidak melakukan hal-hal yang berpotensi terhadap penyebaran HIV AIDS. Karena HIV AIDS, tidak hanya menyebar melalui hubungan seksual yang tidak sehat, akan tetapi bisa juga melalui jarum suntik terutama penguna Narkoba serta tindakan lain yang berpotensi terjadinya penyebaran virus berbahaya tersebut, harap Miswar.

Pewarta: Pewarta : Mukhlis

Uploader : Salahuddin Wahid


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2015