Dewan Perwakilan Rakyat Kota (DPRK) Banda Aceh minta pemerintah setempat untuk segera memperbaiki dan memfungsikan mobil pemadam kebakaran canggih seharga Rp17 miliar yang sudah tiga tahun rusak tak diperbaiki.
"Karena publik mempertanyakan kesiapan armada damkar dalam menangani kebakaran besar, terlebih ketika mobil tangga canggih seharga Rp17 miliar tidak dapat dipergunakan,” kata Ketua DPRK Banda Farid Nyak Umar, di Banda Aceh, Kamis.
Hal itu disampaikan Farid Nyak Umar usai meninjau kondisi armada pemadam kebakaran di Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (DPKP) Banda Aceh, sebagai respon atas kendala proses pemadaman terbakarnya Suzuya Mall Banda Aceh beberapa hari lalu.
Dalam peninjau tersebut diketahui bahwa mobil canggih buatan Swedia hasil hibah Pemerintah Aceh yang dibeli menggunakan dana otsus Aceh melalui APBA tahun 2014 itu tidak dioperasikan selama ini karena mengalami kerusakan pada triger dan hidroliknya, dan belum diservis sejak tiga tahun lalu.
Kata Farid, mobil pemadam canggih tersebut memiliki spesifikasi mesin kendaraan 370 HP, 6X4R, 11000 CC, dan dilengkapi sistem komputerisasi dengan kapasitas pompa maksimal 5000 liter per menit.
"Kita sayangkan berkapasitas pompa maksimal 5.000 liter per menit dengan kekuatan semprot sampai 30 bar ini, tidak bisa dioperasionalkan, seharusnya ini dapat fungsikan," ujarnya.
Selain mobil canggih, dalam tinjauan tersebut DPRK Banda Aceh juga menemukan armada pemadam kebakaran yang sudah tua dan tidak layak digunakan lagi karena sudah lama tidak dioperasikan. Termasuk beberapa jenis seperti mobil suplai air yang berkarat karena selama pandemi COVID-19 digunakan penyemprotan disinfektan.
Selain itu, peralatan alat pelindung diri (APD) personel pemadam di sana juga sudah sangat memprihatinkan, seperti baju tahan api dan tahan bara yang berusia dua puluh tahun, belum lagi jumlahnya sangat sedikit.
"Karena itu kita minta kepada DPKP Banda Aceh untuk segera mengusulkan laporan kebutuhannya dan biaya perawatan mobil, karena kita segera membahas anggaran untuk 2023, sehingga ini dapat dialokasikan," kata politikus PKS itu.
Sementara itu, Sekretaris Komisi II DPRK Banda Aceh Ramza Harli juga mendesak agar mobil damkar seharga Rp17 miliar dengan spek canggih tersebut perlu diperbaiki karena keberadaannya sangat diharapkan.
"Kami meminta agar DPKP mengusulkan anggaran untuk perbaikan mobil ini, apa yang rusak dan berapa biayanya untuk diusulkan kembali," kata Ramza.
Politisi Gerindra itu menambahkan, DPKP merupakan instansi yang vital karena menyangkut hajat hidup orang banyak sehingga harus didukung dalam hal anggaran, sehingga tidak bisa disamakan dengan OPD lainnya.
"Sudah beberapa kali peristiwa kebakaran terjadi di Banda Aceh dan mobil tersebut tidak bisa difungsikan secara maksimal, seperti kebakaran Bank Aceh dan Sinbun Sibreh. Jangan sampai semua gedung di Banda Aceh ini tidak terselamatkan," ujar Ramza.
Dalam kesempatan ini, Plt Kepala DPKP Banda Aceh Yubasri menyampaikan bahwa untuk saat ini pihaknya memiliki 14 unit mobil pemadam, tapi tidak semuanya siap untuk dioperasikan.
Di mana, sebagian besar mobil tersebut masih perlu perbaikan intensif mengingat sebagian dari armada tersebut sudah berusia 20 tahun ke atas, bahkan tiga unit sudah rusak berat.
Selian perbaikan rutin, lanjut Yubasri, DPKP masih membutuhkan sekitar sepuluh unit armada pemadam lagi, termasuk mobil suplai air berkapasitas 20 ton untuk mendukung mobil tangga canggih tersebut.
"Kita juga masih perlu tambahan APD untuk personil, sehingga tidak perlu digunakan lagi secara bergantian seperti selama ini, saat ini hanya tersedia 33 unit, kita harap adalah tambahan," demikian Yubasri.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2022
"Karena publik mempertanyakan kesiapan armada damkar dalam menangani kebakaran besar, terlebih ketika mobil tangga canggih seharga Rp17 miliar tidak dapat dipergunakan,” kata Ketua DPRK Banda Farid Nyak Umar, di Banda Aceh, Kamis.
Hal itu disampaikan Farid Nyak Umar usai meninjau kondisi armada pemadam kebakaran di Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (DPKP) Banda Aceh, sebagai respon atas kendala proses pemadaman terbakarnya Suzuya Mall Banda Aceh beberapa hari lalu.
Dalam peninjau tersebut diketahui bahwa mobil canggih buatan Swedia hasil hibah Pemerintah Aceh yang dibeli menggunakan dana otsus Aceh melalui APBA tahun 2014 itu tidak dioperasikan selama ini karena mengalami kerusakan pada triger dan hidroliknya, dan belum diservis sejak tiga tahun lalu.
Kata Farid, mobil pemadam canggih tersebut memiliki spesifikasi mesin kendaraan 370 HP, 6X4R, 11000 CC, dan dilengkapi sistem komputerisasi dengan kapasitas pompa maksimal 5000 liter per menit.
"Kita sayangkan berkapasitas pompa maksimal 5.000 liter per menit dengan kekuatan semprot sampai 30 bar ini, tidak bisa dioperasionalkan, seharusnya ini dapat fungsikan," ujarnya.
Selain mobil canggih, dalam tinjauan tersebut DPRK Banda Aceh juga menemukan armada pemadam kebakaran yang sudah tua dan tidak layak digunakan lagi karena sudah lama tidak dioperasikan. Termasuk beberapa jenis seperti mobil suplai air yang berkarat karena selama pandemi COVID-19 digunakan penyemprotan disinfektan.
Selain itu, peralatan alat pelindung diri (APD) personel pemadam di sana juga sudah sangat memprihatinkan, seperti baju tahan api dan tahan bara yang berusia dua puluh tahun, belum lagi jumlahnya sangat sedikit.
"Karena itu kita minta kepada DPKP Banda Aceh untuk segera mengusulkan laporan kebutuhannya dan biaya perawatan mobil, karena kita segera membahas anggaran untuk 2023, sehingga ini dapat dialokasikan," kata politikus PKS itu.
Sementara itu, Sekretaris Komisi II DPRK Banda Aceh Ramza Harli juga mendesak agar mobil damkar seharga Rp17 miliar dengan spek canggih tersebut perlu diperbaiki karena keberadaannya sangat diharapkan.
"Kami meminta agar DPKP mengusulkan anggaran untuk perbaikan mobil ini, apa yang rusak dan berapa biayanya untuk diusulkan kembali," kata Ramza.
Politisi Gerindra itu menambahkan, DPKP merupakan instansi yang vital karena menyangkut hajat hidup orang banyak sehingga harus didukung dalam hal anggaran, sehingga tidak bisa disamakan dengan OPD lainnya.
"Sudah beberapa kali peristiwa kebakaran terjadi di Banda Aceh dan mobil tersebut tidak bisa difungsikan secara maksimal, seperti kebakaran Bank Aceh dan Sinbun Sibreh. Jangan sampai semua gedung di Banda Aceh ini tidak terselamatkan," ujar Ramza.
Dalam kesempatan ini, Plt Kepala DPKP Banda Aceh Yubasri menyampaikan bahwa untuk saat ini pihaknya memiliki 14 unit mobil pemadam, tapi tidak semuanya siap untuk dioperasikan.
Di mana, sebagian besar mobil tersebut masih perlu perbaikan intensif mengingat sebagian dari armada tersebut sudah berusia 20 tahun ke atas, bahkan tiga unit sudah rusak berat.
Selian perbaikan rutin, lanjut Yubasri, DPKP masih membutuhkan sekitar sepuluh unit armada pemadam lagi, termasuk mobil suplai air berkapasitas 20 ton untuk mendukung mobil tangga canggih tersebut.
"Kita juga masih perlu tambahan APD untuk personil, sehingga tidak perlu digunakan lagi secara bergantian seperti selama ini, saat ini hanya tersedia 33 unit, kita harap adalah tambahan," demikian Yubasri.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2022