Kota Sabang (Pulau Weh) sudah lama dikenal sebagai tujuan wisata di Provinsi Aceh, karena pulau tersebut menyimpan keindahan ekosistem laut yang tidak kalah dengan daerah tujuan wisata lainnya di Indonesia maupun dunia.

Keindahan alam dan pantainya yang masih alami, menjadikan daerah kepulauan di Provinsi Aceh ini terus dikunjungi turis, baik lokal maupun mancanegara.  
    
Pada liburan panjang, Hari Raya Idul Fitri dan khususnya menjelang akhir tahun, Sabang menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan untuk menikmati keindahan alam.

Kepala Dinas Pariwisata Sabang Zulvi Purnawati menyatakan menjelang akhir tahun, Kota Sabang mulai dibanjiri wisatawan mancanegara dan nusantara, sehingga hotel dan penginapan sudah penuh.

"Saya sudah cek ke hotel dan penginapan, semuanya sudah penuh sampai tahun baru. Dan ini sudah menjadi tradisi tahunan dimana para wisatawan selalu ke Sabang untuk berlibur mulai Natal sampai tahun baru," katanya.

Ia mengatakan, kunjungan wisatawan ke Sabang dari tahun ke tahun terus meningkat, sehingga perkembangan ekonomi masyarakat terus membaik.

Selama dua tahun terakhir angka kunjungan wisatawan ke Sabang mengalami peningkatan, terutama wisatawan dalam negeri. Pada tahun 2012 mencapai 212 ribu lebih, tahun 2013 meningkat menjadi 400 ribu lebih, 2014 sebanyak 415 ribu lebih.

Saat ini kunjungan wisman masih didominasi wisatawan petualang atau "bag packer", sementara domestik kebanyakan wisatawan keluarga.

Ia mengatakan, untuk turis mancanegara asal Jerman dan Prancis masih mendominasi dan selama dua tahun terakhir malah pengunjung asal Malaysia juga banyak berlibur ke Sabang, sedangkan domestik kebanyakan dari Sumatera, khususnya Sumatera Utara.

Pintu masuk wisatawan sendiri tidak hanya melalui Pelabuhan Balohan, namun kini sudah ada penerbangan langsung ke Sabang, yakni Garuda Indonesia, dan juga kunjungan kapal pesiar dan kapal layar kecil (Yacht).

Dalam satu tahun ini, sebanyak 7-10 kapal pesiar merapat di Sabang dan biasanya wisatawan berkeliling kawasan di Pulau Weh.
    
Km Nol

Berkunjung ke Sabang belum lengkap rasanya apabila belum mengunjungi Tugu Titik Nol Kilometer Indonesia yang berjarak sekitar 30 Km dari Kota Sabang. Tugu Titik Nol Kilometer Indonesia ini merupakan penanda geografis terjauh ujung barat Indonesia yang juga menjadi objek wisata.

Salah seorang wisatawan domestik asal Sumatera Selatan, Karmila Wanti menyatakan dirinya sengaja datang ke Aceh hanya untuk pergi ke Sabang.

"Saya sering mendengar berita di Palembang, belum afdhal datang ke Aceh, kalau belum datang ke Sabang, khususnya lagi melihat Km Nol. Alhamdulillah, saya sudah menginjakkan kaki di daerah paling ujung Indonesia," katanya.

Ia menilai Sabang memang indah, pantainya yang berpasir putih sangat menawan, karena ombaknya tidak begitu besar, sehingga apabila mandi di laut merasa nyaman.

"Saya juga pergi ke Pulau Rubiah yang di sana terdapat taman laut yang indah. Kita bisa menyaksikan keindahan di dasar laut menyaksikan berbagai jenis ikan hias," katanya.

Kemudian, sebelum ke Pulau Rubiah, para wisatawan menjumpai Pantai Iboih.  Di pantai ini ada dua lokasi, Pantai Teupin Layeu dan Pantai Teupin Sirkui namun para wisatawan lebih senang menyebutnya dengan Pantai Iboih. Pantai Teupin Layeu ini merupakan pantai dengan pasir putih sedangkan Pantai Teupin Sirkui merupakan pantai berkarang.

Selanjutnya, Pantai Gapang yang tidak jauh dari Pantai Iboih. Pantai ini juga memiliki pasir putih dan airnya juga jernih.

Tidak kalah menariknya lagi ada Pantai Anoi Hitam yang berbeda dengan pantai yang ada di Sabang lainnya, karena pantai ini merupakan pantai berpasir hitam satu-satunya yang ada di Sabang. Pantai ini berjarak sekitar 14 Km dari Kota Sabang.

Gencar Promosi    

Semakin majunya sektor pariwisata di Sabang tidak terlepas dari peran Pemerintah Pusat dan Pemerintah Aceh yang giat-giatnya mempromosikan Sabang sebagai destinasi wisata nasional maupun international.

Bahkan, Gubernur Aceh Zaini Abdullah meminta dukungan langsung dari Presiden Jokowi saat berkunjung ke Aceh agar Sabang dijadikan destinasi wisata nasional.

"Aceh memiliki banyak potensi pariwisata seperti Sabang. Untuk pengembangan kami telah bekerja sama dengan Phuket dan Langkawi, kami menjalin program wisata Sabang-Phuket dan Langkawi sampai tahun 2017, kami harap Presiden Jokowi mendukung. Dan Sabang akan seperti Phuket dan Langkawi," katanya.

Untuk mempromosikan Aceh banyak kegiatan bersifat nasional digelar di Sabang, seperti kejuaraan selancar internasional, Sabang Fair, dan Marine Festival Sabang.

Pemko Sabang juga mengajak para investor dalam dan luar negeri untuk membangun hotel di daerah wisata tersebut, karena salah satu kendala yang dihadapi Sabang dalam mengembangkan pariwisata saat ini adalah terbatasnya jumlah penginapan.

"Setiap investor yang datang ke Sabang, kami selalu menawarkan mereka untuk berinvestasi. Bangun hotel bintang lima yang kamarnya mencapai 200 unit lebih, pangsa pasarnya sudah terjamin," kata Wali Kota Sabang Zulkifli M Adam.

Wali Kota Zulkifli mengatakan, setelah dibukanya jalur penerbangan Sabang-Medan (Sumut) oleh PT Garuda Indonesia, minat wisatawan nasional dan asing berwisata ke Sabang meningkat cukup tinggi.

Setiap Sabtu-Minggu, tempat-tempat penginapan penuh dibooking oleh perusahaan pariwisata/travel di Medan. Perusahaan travel itu mulai menjual paket wisatanya ke Sabang.

Setiap minggu, tambah Zulkifli, tidak kurang 500 sampai 1.000 wisatawan dari Medan datang ke Sabang, baik langsung dari Kuala Namu, atau dari Banda Aceh dengan feri dan kapal cepat.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh, Reza Fahlevi menyatakan, setiap tahun tak kurang 120.000 wisatawan asing berkunjung ke Sabang.

Para tamu Dinas Pariwisata, setiap datang ke Banda Aceh juga selalu menyempatkan berkunjung ke Sabang, satu atau dua hari.

"Kalau mereka berkunjung ke Sabang hari Senin sampai Kamis, penginapan tak jadi masalah. Tapi kalau berkunjung pada hari Jumat sampai Minggu, kami sering kesulitan mendapatkan kamar untuk tamu kami," kata Reza.

BPKS Kembangkan Pariwisata

Sementara itu, Badan Pengusahaan Kawasan Sabang (BPKS) juga ikut mengembangkan pariwisata Sabang agar daerah itu menjadi destinasi atau tujuan kunjungan wisata, baik dalam maupun luar negeri.

"BPKS tidak saja fokus mengembangkan kawasan perdagangan dan pelabuhan bebas, tetapi juga fokus mengembangkan pariwisata Sabang," kata Kepala BPKS Fauzi Husein.

Ia menyatakan, Pulau Weh sudah terkenal sebagai destinasi pariwisata, terutama wisata bahari sejak puluhan tahun silam, namun masih banyak potensi wisata di pulau itu belum tergarap.

Seperti wisata nonbahari, misalnya wisata sejarah, wisata religi, wisata olahraga, dan lainnya, belum sepenuhnya tergarap dengan baik. Padahal, potensi semua objek wisata itu cukup besar, kata dia.

"Objek wisata sejarah di Sabang belum tergarap dengan serius. Padahal, banyak benteng Jepang dan Belanda yang bisa dikembangkan menjadi destinasi wisata sejarah di Sabang," kata dia.

Fauzi Husein mengakui daya tarik wisatawan berkunjung ke Sabang sangat luar biasa. Dan itu harus menjadi peluang agar wisatawan yang berkunjung ke Pulau Weh tersebut semakin meningkat setiap tahunnya.

"Tugas BPKS tidak hanya mengurusi pelabuhan dan kawasan bebas Sabang. Tapi juga bagaimana mengeksploitasi pariwisata menjadikan Sabang sebagai destinasi utama bagi wisatawan, baik dalam maupun luar negeri," kata dia.

Untuk mengembangkan sektor pariwisata, kata Fauzi Husein, BPKS terus berupaya melakukan sinkronisasi program dengan berbagai pihak, baik pemerintah daerah, masyarakat, maupun pelaku usaha pariwisata.

"Kami juga membutuhkan masukan dan pemikirannya dalam membangun dan mengembangkan sektor pariwisata di Pulau Weh ini. Membangun pariwisata Sabang butuh kreativitas serta mampu melahirkan konsep wisata yang berbeda dengan destinasi lain," ungkap Fauzi Husein.

Pewarta: Heru Dwi S

Uploader : Salahuddin Wahid


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2015