Banda Aceh (ANTARA) - Hari ini 6 Juni 2020 atau tepatnya 119 tahun lalu, adalah hari kelahiran tokoh proklamator Indonesia, Presiden Soekarno atau akrab disapa Bung Karno.
Tokoh dengan julukan sang fajar ini adalah seorang Bapak Bangsa yang telah mendedikasikan segenap hidupnya untuk Bangsa Indonesia.
Sejak duduk di bangku kuliah, Bung Karno telah aktif memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dari bangsa penjajah. Tak ayal ia harus rela keluar masuk penjara dan hidup dalam pembuangan.
Bung Karno adalah tokoh yang dikenal sangat peduli tentang pemuda. Bahkan kutipan pidatonya tentang pemuda dengan kutipan yang saat ini masih terngiang ditelinga rakyat Indonesia, yaitu; “Berikan aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut gunung semeru dari akarnya, beri Aku 10 pemuda niscaya akan kuguncang dunia,”. Hingga kini masih populer di kalangan anak muda bangsa Indonesia.
Didalam pidatonya tersebut, Bung Karno ingin menyampaikan sebuah makna perubahan yang lebih besar jika digerakkan dengan semangat pemuda.
Dalam sejarah bangsa pra kemerdekaan, pemuda telah memainkan peran penting dalam membangkitkan semangat nasionalisme terutama dengan kehadiran Budi Oetomo (20 Mei 1908) dan sumpah pemuda (28 Oktober 1928) yang menjadi tonggak penting bagi tumbuhnya semangat nasionalisme di Indonesia.
Semasa hidupnya, Bung Karno ingin menjadikan pemuda Indonesia sebagai obor revolusi yang melahirkan semangat berjuang dan berkarya.
Hal ini merupakan sebuah tantangan untuk pemuda untuk mencoba hal-hal baru seperti perumpamaan Bung Karno menyelam dalam laut yang dalam, dan mungkin saja akan terlihat menyeramkan namun melahirkan keindahan karena mutiara dan ikan besar bermain di laut yang dalam.
Dua kutipan tersebut menunjukan model pemuda Indonesia yang diinginkan oleh Bung Karno.
Kini setelah Bung Karno tiada, semangatnya tentang Indonesia tetap menyala dan hidup dalam ideologi negara yaitu Pancasila.
Tanpa sebuah ideologi yang bisa menyatukan semua golongan, mungkin hari ini bangsa Indonesia tidak bisa hidup dengan rukun dan tenang serta terpecah belah.
Pancasila yang menjadi dasar bernegara di Indonesia memberikan ruang yang sama bagi pemeluk agama dan kepercayaan, untuk melaksakaan ibadahnya sesuai dengan keyakinan masing-masing.
Soekarno menitipkan Pancasila untuk bangsa Indonsia untuk menjadi penengah/pemersatu yang dapat diterima oleh semua anak bangsa dari Barat ke Timur, Selatan dan Utara dengan lima prinsip dasar dalam Pancasila tersebut bangsa Indonesia dapat menyatu dalam suasana rukun dan damai.
Era Millennial
Istilah millennial menjadi tidak asing lagi didengar dalam percakapan saat ini, istilah ini diciptakan oleh dua pakar seejarah dan penulis Amerika, William Strauss dan Neil Howe yang dikonotasikan dengan generasi yang terlahir pada era 1980-1990 dan awal 2000 yang ditandai dengan generasi yang paling dekat dengan teknologi.
Secara nasional, persentase millennial di Indonesia sebanyak 33,75% dari 260 juta penduduk.
Bung Karno menjadi modek percontohan (rule of model) bagi pemuda dalam melayani bangsanya.
Karakterik millennial Indonesia yang sangat akrab dengan teknologi yang setiap saat informasi dapat diterima hanya dalam gengaman tangan. Sehingga dibutuhkan sosok yang dapat menjadi panutan dalam melayani bangsa dan negara.
Bung Karno yang terlahir dari keluarga yang plural yang memiliki ayah bersuku Jawa dan Ibu bersuku Bali. Sifat plurasime juga ditunjukan saat menikahi putri tokoh besar Muhammadiyah Bengkulu dari Pulau Sumatera yaitu Ibu Fatmawati yang kemudian menjadi Ibu Negara (First lady) Indonesia.
Sehingga kehidupannya yang sangat majemuk dan menjadikan bung karno memahami berbagai perpektif agama, budaya dan latar belakang daerah.
Semasa hidupnya, Bung Karno sosok yang sangat gemar membaca, sehingga jika selama menjadi presiden menerima 26 gelar doctor honoriscausa (HC) perguruan tinggi dunia termasuk diantara Colombia University (24 Mei 1956), Amerika Serikat, Michigan University (27 Mei 1956) , Amerika Serikat, McGill Kanada, (8 Juni 1956), Istambul University , Turki (1959), Lomonov University Uni Soviet (1956), Brazil University (1959) , hingga mendapatkan gelar doktor ilmu filsafat al azhar university, kairo, Mesir 24 April 1960.
Tidak ada tokoh bangsa Indonesia yang sampai saat ini yang keilmuanya diapresiasi begitu besar dari berbagai universitas dunia.
Menjadikan Bung Karno sebagai idola bagi millennial Indonesia merupakan salah satu cara kita untuk melihat kembali apa saja yang telah kita lakukan untuk negara ini.
Disaat pandemi COVID-19 ini, kita juga dapat merenung kembali kehidupan pembuangan yang dirasakan oleh Bung Karno yang dibatasi ruang geraknya oleh Belanda.
Mengutip pidato Presiden Amerika Serikat John F Kennedy saat dilantik menjadi presiden ke 35, 20 Januari 1961, “Jangan tanyakan apa yang telah negara berikan kepadamu, namun tanyakan apa yang telah kamu sumbangkan untuk negara mu”.
Tulisan ini, Saya persembahkan untuk Bapak bangsa Indonesia yang dilahirkan 6 Juni dengan julukan sang fajar, Proklamator kemerdekaan Republik Indonesia.
Izinkan kami sebagai generasi meillenial untuk mengucapkan Selamat hari kelahirannya Bung Karno, sosok penyambung lidah rakyat, semoga semangat gotong royong yang menjadi intisari dari kehidupan berpancasila dalam bergelora dilubuk hati millennial Indonesia. Merdeka!