Harga emas murni di Banda Aceh masih tinggi mencapai Rp2,9 juta per mayam dan Rp2,98 juta ditambah ongkos, sehingga membuat masyarakat lebih banyak menjual ketimbang membelinya.
 
Murizal, pedagang emas di Pasar Aceh, Banda Aceh, Jumat, mengatakan daya beli masyarakat berkisar 20 persen dan 80 persen menjual per harinya. 
 
"Itu juga bukan karena harga tinggi, tetapi karena kebanyakan masyarakat membutuhkan uang untuk membeli kebutuhan selama lebaran nanti," kata Murizal. 
 
Harga emas naik sejak akhir Februari 2022, kata dia, karena terdampak invansi Rusia ke Ukraina. Harga emas sebelumnya berkisar Rp840 ribu per gram, naik hingga mencapai Rp980 ribu per gram. 
 
"Kalau saya prediksi sebagai pedagang emas, kecil kemungkinan harga emas dapat turun banyak karena peperangan Rusia dan Ukraina waktunya lumayan lama," kata dia 
 
Menurut Murizal, peperangan tersebut menyebabkan ketidakstabilan politik dan ekonomi hingga kemudian membuat para investor asing memburu emas batangan. 
 
"Jadi, emas makin tinggi harganya karena kebutuhan emas meningkat. Sedangkan tambang-tambang emas kurang," katanya. 
 
Kemudian, bahan baku emas yang selama ini dijual di Pasar Aceh juga tidak mencukupi jika hanya mengandalkan dari tambang emas lokal, sehingga perlu membeli dari pihak luar dan harganya pun harus meroket naik. 
 
Kata dia, bahan baku emas yang selama ini di pasaran juga berasal dari tempat pialang emas terbesar, yaitu di Zurich, Swiss. Dari pialang tersebut, kemudian dibawa ke pasar emas terbesar di Asia, yaitu Singapura. 
 
"Lalu, barulah Indonesia beli bahan baku emas di Singapura dan didistribusikan lagi ke Surabaya atau Jakarta. Jadi, daerah belinya dari situ," kata Murizal.
 

Pewarta: Nurul Hasanah

Editor : M.Haris Setiady Agus


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2022