Petenis remaja asal Amerika Serikat Coco Gauff menghancurkan tekad petenis Italia Martina Trevisan dengan 6-3, 6-1 pada Kamis waktu setempat untuk menjadi finalis French Open termuda dalam 21 tahun terakhir dan meretas pertemuan dengan petenis nomor satu dunia Iga Swiatek.
Petenis berusia 18 tahun yang mencapai semifinal Grand Slam pertamanya, selanjutnya akan menghadapi unggulan teratas dari Polandia itu yang melaju ke final setelah menang 6-2, 6-1 dari Daria Kasatkina yang sekaligus memanjangkan rangkaian kemenangan berturut-turutnya menjadi 34 pertandingan.
"Saya agak kaget. Saya tak punya kata-kata untuk melukiskan bagaimana perasaan saya saat ini," kata Gauff dalam wawancara lapangan seperti dikutip Reuters. "Jujur, hari ini saya tidak gugup yang mana sungguh mengejutkan."
"Satu-satunya momen saya sedikit gugup adalah saat pagi hari. Saya jalan-jalan dan itu menjernihkan pikiran saya."
Gauff yang belum kehilangan satu set pun dalam turnamen itu dan merupakan finalis termuda Grand Slam dalam usia 18 tahun membutuhkan waktu untuk menemukan ritmenya dengan bertukar break bersama Trevisan dalam awal laga.
Namun begitu dia menemukan cara dalam menjinakkan forehand lawannya yang merupakan petenis kidal. Gauff merampas set pertama setelah memenangkan tiga gim terakhir.
Trevisan yang berusia 28 tahun yang tadinya bisa menjadi finalis berperingkat terendah yang masuk final French Open, mengambil istirahat untuk perawatan medis untuk mengencangkan betisnya.
Tapi segalanya semakin buruk saat dia membuat total 36 kesalahan di mana Gauff menekannya dengan backhand dan terus memojokkan dia.
Gauff juga terus menyerang lewat servisnya ketika saat bersamaan sang petenis Italia hanya 46 persen dalam efektivitas servisnya.
Gauff yang berperingkat ke-23 dunia kembali break dalam sebuah gim memakan waktu 14 menit saat memimpin 3-1. Setelah itu dia tak tertahankan untuk menyegel kemenangan terbesar dalam karirnya dari match point pertamanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2022
Petenis berusia 18 tahun yang mencapai semifinal Grand Slam pertamanya, selanjutnya akan menghadapi unggulan teratas dari Polandia itu yang melaju ke final setelah menang 6-2, 6-1 dari Daria Kasatkina yang sekaligus memanjangkan rangkaian kemenangan berturut-turutnya menjadi 34 pertandingan.
"Saya agak kaget. Saya tak punya kata-kata untuk melukiskan bagaimana perasaan saya saat ini," kata Gauff dalam wawancara lapangan seperti dikutip Reuters. "Jujur, hari ini saya tidak gugup yang mana sungguh mengejutkan."
"Satu-satunya momen saya sedikit gugup adalah saat pagi hari. Saya jalan-jalan dan itu menjernihkan pikiran saya."
Gauff yang belum kehilangan satu set pun dalam turnamen itu dan merupakan finalis termuda Grand Slam dalam usia 18 tahun membutuhkan waktu untuk menemukan ritmenya dengan bertukar break bersama Trevisan dalam awal laga.
Namun begitu dia menemukan cara dalam menjinakkan forehand lawannya yang merupakan petenis kidal. Gauff merampas set pertama setelah memenangkan tiga gim terakhir.
Trevisan yang berusia 28 tahun yang tadinya bisa menjadi finalis berperingkat terendah yang masuk final French Open, mengambil istirahat untuk perawatan medis untuk mengencangkan betisnya.
Tapi segalanya semakin buruk saat dia membuat total 36 kesalahan di mana Gauff menekannya dengan backhand dan terus memojokkan dia.
Gauff juga terus menyerang lewat servisnya ketika saat bersamaan sang petenis Italia hanya 46 persen dalam efektivitas servisnya.
Gauff yang berperingkat ke-23 dunia kembali break dalam sebuah gim memakan waktu 14 menit saat memimpin 3-1. Setelah itu dia tak tertahankan untuk menyegel kemenangan terbesar dalam karirnya dari match point pertamanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2022