Meulaboh (ANTARA Aceh) - Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh, menemukan 13 kasus demam berdarah Dengue (DBD) selama 2016, namun tidak masuk dalam kasus luar biasa.
Kepala Dinas Kesehatan Aceh Barat dr Zafril Luthfy, M.Kes di Meulaboh, Selasa mengatakan, jumlah tersebut masih relatif kecil dan tidak masuk dalam kriteria KLB, karena ditemukan bukan pada satu lokasi yang sama dan penderita masuk rumah sakit secara berangsur.
"Sudah ada surat edaran Dinkes Aceh terkait merebak isu virus Zika, kemudian dengan kasus DBD, jadi kita mengawasi langsung melakukan PE dan foging disatu lokasi pemukiman masyarakat," katanya.
Ke-13 kasus tersebut ditemukan selama Januari 2016 lima kasus dan selama Februari 2016 berjalan sebanyak delapan kasus, dari data tersebut kasus DBD ditemukan adalah dari Kecamatan Johan Pahlawan dan Kecamatan Meureubo.
Dia menjelaskan, dari kasus tersebut tidak ada warga Aceh Barat yang meningal dunia, namun beberapa diantaranya terpaksa harus rawat jalan, semua lokasi temuan kasus akibat gigitan nyamuk Aedes aegypti telah dilakukan fogging.
Didampinggi Kasi Pemberantasan penyakit menular Rasmuddin dia menjelaskan, sejak memasuki cuaca ekstrim pada awal 2016, dinkes telah menganjurkan masyarakat untuk melakukan gotong royong membersihkan perkarangan dari genangan air.
"Kita statusnya menerima informasi masyarakat kalau ada kasus DBD kita lacak, kalau dilihat dari angka temua mungkin untuk tahun 2016 ini akan semakin kecil dan itu juga yang kita harapkan," sebutnya.
Lebih lanjut dikatakan tidak ada perbedaan signifikan nyamuk pembawa virus dengue penyebab demam berdarah dengan nyamuk biasa nyang banyak ditemukan pada lingkungan masyarakat, karena itu masyarakat diminta untuk waspada.
Meski demikian untuk perbandingan temuan kasus 2014 sebanyak 87 kasus hingga 2015 (59 kasus), terus terjadi penurunan cukup signifikan, malahan selama 2016 ini diprediksi jumlah kasus DBD bisa lebih rendah dari tahun-tahun sebelumnya.
Menurut Rasmuddin, waspada terhadap DBD bukan hanya saat musik penghujan, namun juga setiap saat karena nyamuk pembawa virus dengue dapat berkembang dimanapun saat ada genangan air, bukan hanya karena genangan air pasca banjir.
"Untuk itu masyarakat kita harapkan sadar akan kebersihan, menjaga lingkungan jangan sampai ada botol-botol bekas mengendap air. Kami tidak akan melakukan fogging apabila dalam satu kawasan tidak ditemukan kasus DBD, walaupun banyak nyamuk di sana," katanya menambahkan.
Kepala Dinas Kesehatan Aceh Barat dr Zafril Luthfy, M.Kes di Meulaboh, Selasa mengatakan, jumlah tersebut masih relatif kecil dan tidak masuk dalam kriteria KLB, karena ditemukan bukan pada satu lokasi yang sama dan penderita masuk rumah sakit secara berangsur.
"Sudah ada surat edaran Dinkes Aceh terkait merebak isu virus Zika, kemudian dengan kasus DBD, jadi kita mengawasi langsung melakukan PE dan foging disatu lokasi pemukiman masyarakat," katanya.
Ke-13 kasus tersebut ditemukan selama Januari 2016 lima kasus dan selama Februari 2016 berjalan sebanyak delapan kasus, dari data tersebut kasus DBD ditemukan adalah dari Kecamatan Johan Pahlawan dan Kecamatan Meureubo.
Dia menjelaskan, dari kasus tersebut tidak ada warga Aceh Barat yang meningal dunia, namun beberapa diantaranya terpaksa harus rawat jalan, semua lokasi temuan kasus akibat gigitan nyamuk Aedes aegypti telah dilakukan fogging.
Didampinggi Kasi Pemberantasan penyakit menular Rasmuddin dia menjelaskan, sejak memasuki cuaca ekstrim pada awal 2016, dinkes telah menganjurkan masyarakat untuk melakukan gotong royong membersihkan perkarangan dari genangan air.
"Kita statusnya menerima informasi masyarakat kalau ada kasus DBD kita lacak, kalau dilihat dari angka temua mungkin untuk tahun 2016 ini akan semakin kecil dan itu juga yang kita harapkan," sebutnya.
Lebih lanjut dikatakan tidak ada perbedaan signifikan nyamuk pembawa virus dengue penyebab demam berdarah dengan nyamuk biasa nyang banyak ditemukan pada lingkungan masyarakat, karena itu masyarakat diminta untuk waspada.
Meski demikian untuk perbandingan temuan kasus 2014 sebanyak 87 kasus hingga 2015 (59 kasus), terus terjadi penurunan cukup signifikan, malahan selama 2016 ini diprediksi jumlah kasus DBD bisa lebih rendah dari tahun-tahun sebelumnya.
Menurut Rasmuddin, waspada terhadap DBD bukan hanya saat musik penghujan, namun juga setiap saat karena nyamuk pembawa virus dengue dapat berkembang dimanapun saat ada genangan air, bukan hanya karena genangan air pasca banjir.
"Untuk itu masyarakat kita harapkan sadar akan kebersihan, menjaga lingkungan jangan sampai ada botol-botol bekas mengendap air. Kami tidak akan melakukan fogging apabila dalam satu kawasan tidak ditemukan kasus DBD, walaupun banyak nyamuk di sana," katanya menambahkan.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2016