Perlebahan Aceh meraih penghargaan stand UMKM terbaik pada ajang Expo Bhayangkara yang dihelat pada 16-21 Juli di Banda Aceh.

Ketua Yayasan Lentera Bumi Aceh Hijau dan Ketua Bidang Apitherapi Asosiasi Perlebahan Indonesia (API), Abdurrahman, mengatakan penghargaan tersebut diterima karena salah satu rujukan yang dinilai adalah usaha madu linot yang fokus memberikan edukasi kepada pengunjung Expo Bhayangkara.

"Fokus kami pemberian edukasi tentang madu dan lebah," katanya di Banda Aceh, Kamis.

UMKM dari Perlebahan Aceh memperkenalkan madu dari lebah bersengat (apis cerana) dari Takengon dan Bener Meriah dan lebah tidak bersengat (linot) yang berasal dari Aceh Timur, Aceh Besar, dan Banda Aceh.

"Masyarakat kita saat ini hanya mengetahui satu jenis madu dari lebah bersengat dengan warna dan rasa yang sama. Padahal, jenis madu punya banyak warna dan rasa beiring dengan vegetasi sumber makanan yang ada di sekitar lebah," katanya.

Selain jenis, stan Perlebahan Aceh juga memberikan tips kepada pengunjung expo agar bisa membedakan madu asli dengan madu sintetis, oplosan, dan sirup.

"Masyarakat ini harus kenal dengan madu dan bisa membedakan madu yang alami dan sudah berkurang kadar keasliannya," katanya.

Di stand tersebut, stan ini juga memasarkan berbagai macam produksi madu alami yang berasal dari peternak lebah di luar Banda Aceh. Ada banyak variasi madu yang dijual dengan harga yang berbeda.

 

"Mayoritasnya dihargai Rp150 ribu per 250 ml, sedangkan madu sarang dijual Rp150 ribu per 1/2 kg," katanya.

 

Adanya Expo Bhayangakari ini, kata dia, menjadi kesempatan bagi peternak lebah untuk memperkenalkan produk madu lokal yang alami kepada masyarakat yang lebih luas.

 

"Semoga even-even seperti ini makin sering dibuat dengan kegiatan yang lebih baik lagi," katanya.

Pewarta: Nurul Hasanah

Editor : M Ifdhal


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2022