Meulaboh (ANTARA Aceh) - Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas III Banda Aceh mengadakan rapat kontijensi dan table top exercise dalam rangka menghadapi Publik Healt Emergency of International Concern (PHIC) di wilayah kerja Meulaboh, Kabupaten Aceh Barat.

Koordinator KKP Kelas III Banda Aceh wilayah kerja Meulaboh Samsul Bahri, S.KM di Meulaboh, Rabu mengatakan rapat pembentukan tim pengawasan penyakit karantina yang saspeknya menular itu untuk menekan importir penyakit menular dari luar negeri melalui jasa pelabuhan laut dan bandara.

"Di wilayah kerja Meulaboh objek vitalnya di pelabuhan laut yang selama ini ada aktivitas ekpsor, kemudian Bandara Cut Nyak Dhien merupakan pintu masuk udara wilayan barat, baik dari dalam maupun luar negeri, transit menuju pantai barat pasti turunya di Kabupaten Nagan Raya," sebutnya.

Dalam rapat koordinasi penyusunan rencana kontijensi dan table top exercise di Hotel Meuligoe itu menggangkat tema "Satukan tekad dalam menghadapi kejadian kedaruratan kesehatan masyarakat yang meresahkan dunia (KKM-MD).

Samsul Bahri menyampaikan, terlebih lagi daerah Aceh Barat akan beroperasi Pelabuhan Penyeberangan Meulaboh (Kab Aceh Barat)-Sinabang (Kab Simeulue) bersifat ASDP, tidak menutup kemungkinan adanya wabah domestik yang terindikasi dengan wabah impor.

Kata dia, di Kabupaten Aceh Barat baru-baru ini pernah ditemukan delapan kasus wabah HIV/AIDS importir yakni oleh anak buah kapal (ABK) Thailand dan Mnyanmar yang tertangkap melakukan pencurian ikan di perairan laut Aceh pada April 2014.

"Dari 60 ABK tertangkap waktu itu setelah di screning ternyata ada delapan orang positif HIV/Aids, kemudian di karantina di LP Meulaboh. Tapi mereka semua sudah dipulangkan dan saat karantina aman, mereka di ruang isolasi terpisah," katanya.

Lebih lanjut dikatakan, tim pengawasan yang terbentuk di daerah itu terdiri dari lintas sektoral laut dan udara, dinas sosial, BPBD, Poltekes, dinas perhubungan laut, UPTD perhubungan, Imigrasi dan semua pihak yang terkait di daerah.

Sebut Samsul Bahri, wabah domestik yang terindikasi dengan wabah impor tidak menutup kemungkinan akan ditemukan, karena itu pihaknya tetap waspada terhadap masyarakat luas yang ada di daerahnya penguna jasa pelabuhan dan Bandara.

Wilayah kerjanya kata dia mencakupi sembilan kabupaten/kota di barat selatan Aceh, titik sentra objek vital pengawasan utama adalah di Aceh Barat, Tapaktuan dan Simeulue, serta direncanakan pula pembentukan lebih optimal di kawasan lain.

"Seperti itulah yang kita antisipasi dan waspadai secara berkelanjutan, walaupun ada kejadian illegal fishing, terdampar, suaka politik, kita sudah ada tim kontijensi penyakit tersebut pada setiap daerah," katanya menambahkan.

Dalam acara yang dibuka oleh Staf Ahli Sekdakab Aceh Barat T Erwansyah ini berlangsung selama 13-15 April 2016, turut menghadirkan narasumber pejabat dari Dirjen P2PL Kementrian Kesehatan RI dr Iqbal Djakaria dan dr Solihah Widyasari, M. epid serta unsur pejabat lintas sektoral vertikal dan horizontal.

Pewarta: Pewarta : Anwar

Uploader : Salahuddin Wahid


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2016