Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH) setempat akan membentuk bank sampah untuk kepentingan pengelolaan sampah plastik maupun organik menjadi industri daur ulang.
“Kami perlu secepatnya pengelolaan sampah melalui bank sampah induk dan unit yang akan dibentuk di sembilan titik. Jadi fungsi bank sampah akan memilah sampah plastik dan organik, selain menjaga lingkungan juga dapat nilai ekonomisnya," kata Kepala Dinas LH Aceh Tamiang Syurya Luthfi di Karang Baru, Aceh Tamiang, Rabu.
Dijelaskan Syurya untuk tahap awal ada sembilan titik bank sampah akan dibentuk di Aceh Tamiang meliputi kampung kawasan perkotaan dan pusat pemerintahan. Sembilan titik tersebut yakni Kota Kuala Simpang, Perdamaian, Sriwijaya, Kota Lintang, Bukit Tempurung, Kecamatan Kota Kuala Simpang.
Kemudian Desa Kesehatan dan Air Tenang, Kecamatan Karang Baru, serta Desa Ie Bintah Kecamatan Manyak dan Desa Landuh Kecamatan Rantau.
"Setelah terbentuk struktur bank sampah induk (kabupaten) dan unit (kecamatan) selanjutnya setiap desa akan dibentuk bank sampah atau TPS3R dengan model pemilahan," ujarnya.
Bukti keseriusan DLH Aceh Tamiang membentuk bank sampah, mereka sudah mulai melakukan sosialisasi pengelolaan dan penanganan sampah melalui bank sampah induk dan bank sampah unit di Kabupaten Aceh Tamiang pada Senin (5/9).
Sosialisasi ini mendatangkan narasumber penggerak bank sampah asal Kota Medan, Sumatera Utara Armawati Chaniago dengan sasaran aparatur pemerintahan tingkat kabupaten, kecamatan hingga desa.
"Dua hari lalu kita sudah mulai sosialisasi pengelolaan sampah bersama instansi terkait yang langsung terlibat, camat, datok penghulu (kepala desa) dan kelompok masyarakat untuk menjalankan bank sampah," ucapnya.
Adapun sosialisasi selanjutnya akan menyasar ke pelajar. Nantinya setiap sekolah akan dibentuk bank sampah dengan melibatkan pihak sekolah dan kelompok masyarakat. DLH Aceh Tamiang akan membeli seluruh jenis sampah termasuk sampah kertas dan pecahan kaca.
"Kami berharap dalam pembentukan bank sampah jangan hanya di awalnya tampak menggebuh-gebuh tapi justru tidak berjalan dengan baik. Lebih bagus setahap demi setahap tapi keberlangsungan bank sampah terus berjalan," imbuhnya.
Pihaknya mengaku sudah satu tahun memikirkan ini (konsep bank sampah). Disamping tidak tersedia anggaran untuk program ini, juga butuh tahapan-tahapan.
"Tapi memang kita upayakan pelan-pelan, pertama kali kita sosialisasi dulu kita matangkan baru berikutnya nanti kita dukung pendanaan," ujar Syurya Luthfi.
Sementara itu menurutnya volume sampah Aceh Tamiang per hari mencapai 25 ton. Untuk armada sampah meski masih kurang tapi sudah dibantu oleh angkutan Viar (becak gerobak).
Dia juga menyatakan kondisi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah yang berlokasi di kawasan Kampung Durian, Kecamatan Rantau semakin menggunung. Oleh kerena itu dibutuhkan segera upaya pengurangan sampah melalui pembentukan bank sampah tidak lagi buang ke TPA.
"Tinggal hitungan bulan saja TPA kita penuh, habis itu tidak tau lagi mau buang kemana," pungkas Syurya.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2022
“Kami perlu secepatnya pengelolaan sampah melalui bank sampah induk dan unit yang akan dibentuk di sembilan titik. Jadi fungsi bank sampah akan memilah sampah plastik dan organik, selain menjaga lingkungan juga dapat nilai ekonomisnya," kata Kepala Dinas LH Aceh Tamiang Syurya Luthfi di Karang Baru, Aceh Tamiang, Rabu.
Dijelaskan Syurya untuk tahap awal ada sembilan titik bank sampah akan dibentuk di Aceh Tamiang meliputi kampung kawasan perkotaan dan pusat pemerintahan. Sembilan titik tersebut yakni Kota Kuala Simpang, Perdamaian, Sriwijaya, Kota Lintang, Bukit Tempurung, Kecamatan Kota Kuala Simpang.
Kemudian Desa Kesehatan dan Air Tenang, Kecamatan Karang Baru, serta Desa Ie Bintah Kecamatan Manyak dan Desa Landuh Kecamatan Rantau.
"Setelah terbentuk struktur bank sampah induk (kabupaten) dan unit (kecamatan) selanjutnya setiap desa akan dibentuk bank sampah atau TPS3R dengan model pemilahan," ujarnya.
Bukti keseriusan DLH Aceh Tamiang membentuk bank sampah, mereka sudah mulai melakukan sosialisasi pengelolaan dan penanganan sampah melalui bank sampah induk dan bank sampah unit di Kabupaten Aceh Tamiang pada Senin (5/9).
Sosialisasi ini mendatangkan narasumber penggerak bank sampah asal Kota Medan, Sumatera Utara Armawati Chaniago dengan sasaran aparatur pemerintahan tingkat kabupaten, kecamatan hingga desa.
"Dua hari lalu kita sudah mulai sosialisasi pengelolaan sampah bersama instansi terkait yang langsung terlibat, camat, datok penghulu (kepala desa) dan kelompok masyarakat untuk menjalankan bank sampah," ucapnya.
Adapun sosialisasi selanjutnya akan menyasar ke pelajar. Nantinya setiap sekolah akan dibentuk bank sampah dengan melibatkan pihak sekolah dan kelompok masyarakat. DLH Aceh Tamiang akan membeli seluruh jenis sampah termasuk sampah kertas dan pecahan kaca.
"Kami berharap dalam pembentukan bank sampah jangan hanya di awalnya tampak menggebuh-gebuh tapi justru tidak berjalan dengan baik. Lebih bagus setahap demi setahap tapi keberlangsungan bank sampah terus berjalan," imbuhnya.
Pihaknya mengaku sudah satu tahun memikirkan ini (konsep bank sampah). Disamping tidak tersedia anggaran untuk program ini, juga butuh tahapan-tahapan.
"Tapi memang kita upayakan pelan-pelan, pertama kali kita sosialisasi dulu kita matangkan baru berikutnya nanti kita dukung pendanaan," ujar Syurya Luthfi.
Sementara itu menurutnya volume sampah Aceh Tamiang per hari mencapai 25 ton. Untuk armada sampah meski masih kurang tapi sudah dibantu oleh angkutan Viar (becak gerobak).
Dia juga menyatakan kondisi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah yang berlokasi di kawasan Kampung Durian, Kecamatan Rantau semakin menggunung. Oleh kerena itu dibutuhkan segera upaya pengurangan sampah melalui pembentukan bank sampah tidak lagi buang ke TPA.
"Tinggal hitungan bulan saja TPA kita penuh, habis itu tidak tau lagi mau buang kemana," pungkas Syurya.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2022