Manajemen Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cut Nyak Dhien Meulaboh, Kabupaten Aceh Barat, dalam kurun waktu selama dua tahun atau sejak tahun 2021 hingga 2022 telah berhasil melunasi tunggakan utang kepada berbagai pihak mencapai Rp20 miliar.

“Dari total utang yang ditinggalkan manajemen lama sebesar Rp47 miliar, Alhamdulillah sudah berhasil kita lunasi sebesar Rp20 miliar,” kata Direktur RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh, Aceh Barat, dr Ilum Anam, Rabu.

Menurutnya, dengan utang tersisa sebesar Rp27 miliar lebih, pihaknya yakin dan optimis akan mampu menurunkan angka utang tersebut, seiring dengan membaik nya pelayanan yang diberikan kepada masyarakat yang berobat di rumah sakit milik pemerintah daerah setempat.

Selain itu, faktor banyaknya masyarakat yang menggunakan jasa layanan kesehatan di rumah sakit tersebut, juga telah mendukung pendapatan dan penerimaan rumah sakit, sehingga utang yang begitu banyak dapat dilunasi sedikit demi sedikit.

Dengan mampunya manajemen rumah sakit melunasi tunggakan utang yang begitu besar, pihaknya yakin utang yang tersisa sebesar Rp27 miliar akan mampu dilunasi dengan adanya dukungan dari masyarakat dan pemerintah daerah.

“Apalagi kalau sudah pindah ke Rumah Sakit Regional Meulaboh tahun 2024 nanti, saya yakin utang sebesar Rp27 miliar ini mampu kita lunasi,” kata Ilum Anam optimis.

Selama ini, kata dia, ada sejumlah faktor yang menyebabkan terjadinya utang di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cut Nyak Dhien Meulaboh, Aceh Barat, diantaranya seperti penurunan status rumah sakit dari tipe B menjadi tipe C.

Sehingga pendapatan rumah sakit yang sebagian besar diterima dari BPJS Kesehatan juga mengalami penurunan sebesar 30 persen, atau hilang Rp2 miliar per bulan dari tota penerimaan jasa klaim layanan kesehatan Rp7 miliar per bulan.

Kemudian hal ini diperparah lagi dengan kondisi pandemi COVID-19 yang menyebabkan masyarakat takut berobat ke rumah sakit, sehingga berimbas menurunnya pendapatan.

Selain itu, dengan mempertahankan komposisi sebanyak 1.020 SDM terdiri dari 350 orang Aparatur Sipil Negara (ASN) dan 670 orang tenaga harian lepas (THL), sehingga hal ini juga berdampak terjadinya piutang rumah sakit.

“Meski dalam kondisi sulit, kami memilih untuk mempertahankan SDM kesehatan yang ada,” kata Ilum Anam menambahkan.

Ia juga mengakui, banyaknya pihak yang mencoba menghambat pembangunan sejumlah fasilitas kesehatan di rumah sakit milik pemerintah daerah tersebut, juga menyebabkan sektor pendapatan rumah sakit ikut berkurang.

Meski pun demikian, dengan dukungan penuh dari Pemerintah Kabupaten Aceh Barat, pimpinan daerah, dan komponen masyarakat serta Forkompimda, pihaknya yakin setiap tahun mampu mengurangi beban utang rumah sakit.

Hal ini diharapkan akan terus berdampak terhadap perbaikan layanan sehingga masyarakat yang berobat di rumah sakit milik pemerintah daerah, ke depan akan semakin lebih banyak, katanya mengharapkan.

Pewarta: Teuku Dedi Iskandar

Editor : Heru Dwi Suryatmojo


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2022