Sejumlah massa dari Aliansi Emak-Emak dan Supir Bersatu Aceh menggunakan daster melakukan unjuk rasa ke Kantor Cabang Pertamina Banda Aceh mengeluhkan terkait kelangkaan BBM subsidi dan antrean panjang di sejumlah SPBU di Tanah Rencong.

"Selain harga mahal BBM juga langka, sehingga kita harus mengantri lama dan kehabisan waktu untuk mendapatkan minyak," kata koordinator Aliansi Emak-Emak dan Sopir Bersatu Yulindawati, di Banda Aceh, Senin (9/1). 

Massa juga mengeluhkan kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Aceh mulai dari pemberlakuan barcode saat pengisian minyak, pembatasan kuota untuk SPBU dan kendaraan, dan Surat Edaran PJ Gubernur Nomor 542/21981 tentang Pengendalian Pendistribusian Jenis Bahan Bakar Minyak Tertentu Solar Subsidi (Bio Solar) di Wilayah Aceh.

"Anehnya di daerah luar Aceh kuota BBM bersubsidi di tambah karena usaha dari pemerintah daerahnya melalui kesepakatan dengan BPH Migas, tapi di Aceh malah berkurang ada apa ini," ujarnya.

Selain itu, para emak-emak berdaster yang membawa perlengkapan dapur ini juga menuntut Pemerintah Aceh untuk menyelesaikan indikasi praktik kecurangan dalam jual beli gas bersubsidi 3 kg. 

"Hampir semua pangkalan bermain kotor dengan memperjualbelikan kepada pihak-pihak yang lain dengan harga lebih tinggi dari yang sebenarnya," katanya. 

Kata Yulindawati, harga gas melon tiga kilogram dari yang seharusnya Rp18 ribu beredar bebas di pasaran dengan harga yang lebih tinggi, yakni Rp35 ribu hingga Rp45 ribu. Kelangkaan pun juga terjadi hingga pihak yang berhak menerimanya justru tidak kebagian.  

"Hal ini sudah berlangsung sangat lama dan tidak ada tindakan apapun dari pihak Pertamina dan pemerintah daerah sehingga mereka tumbuh subur tanpa hambatan," ujarnya.

Usai menyerbu Kantor Cabang Pertamina Banda Aceh, para emak-emak ini juga kembali menyampaikan aspirasinya ke Pj Gubernur Aceh. 
 

Pewarta: Nurul Hasanah

Editor : Heru Dwi Suryatmojo


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2023