Meulaboh (ANTARA Aceh) - Pemerintah Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh mulai merintis pengembangan lokasi Conservation Response Unit (CRU) Alu Kuyun, Kecamatan Woyla Timur, sebagai salah satu destinasi wisata alam daerah itu.
Plt Bupati Aceh Barat Rachmad Fitri HD di Meulaboh, Rabu mengatakan, pengembangan itu tentunnya bersifat terencana dan masuk terprogram daerah untuk penyediaan sarana dan prasarana untuk mewujudkan hal demikian.
"Salah satu tujuan akhir memang untuk pengembangan wisata alam, keberadaan CRU ini sebagai alternatif untuk pengembangan objek wisata. Ingin kita ciptkan itu sebagai salah satu altetrnatif bagi wisatawan lokal utamanya," katanya.
Rachmad Fitri menambahkan, dirinya cukup tertarik untuk mengembangkan kawasan sekitaran CRU Alu Kuyun tersebut, sebagai lokasi rekreasi keluarga atau dikembangkan dengan pengemasan lebih besar sebagai salah satu objek wisata alam daerah.
Sebab untuk menuju lokasi tersebut hanya berjarak sekitar 1,5 kilometer dari jalan utama lintas Meulaboh-Geumpang (Kabupaten pidie), hanya saja masih membutuhkan fasilitas prasarana pendukung, termasuk penyediaan jalan yang lebih baik.
Salah satu icont menarik di lokasi setempat ada empat ekor gajah sumatera jinak yang di lengkapi dengan pawangnya, kemudian juga panorama alam masih astri sehingga kawasan itu juga menjadi salah satu lokasi penghijauan pemerintah daerah.
"Saya pikir cukup menarik untuk dikembangkan, ini akan menjadi salah satu icont daerah kedepan, bisa menjadi tempat edukasi, konservasi, penelitian. Cukup penting sekarang kita sediakan dulu jalan menuju lokasi, ya, kita usulkan kembali pada 2017," sebutnya.
Lebih lanjut dikatakan, beberapa fasilitas pendukung yang sangat dibutuhkan seperti fasilitas tempat ibadah, tempat peristirahatan serta fasilitas pendukung lainnya, semua itu harus disediakan apabila memang bermaksud mengembangkannya kearah lebih baik.
Terlebih lagi di lokasi setempat sudah ada bangunan balai CRU serta fasilitas pendukungnya, pawang gajah tingal di lokasi CRU menjaga empat ekor gajah sumatera yang sudah jinak di datangkan oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh.
Dari empat ekor gajah yang berada di CRU tersebut, satu ekor diantaranya diberi nama Butet berusia sekitar 28 tahun, gajah betina ini selalu menjadi "incaran" gajah pejantan liar yang berada di kawsan hutan di pedalaman daerah itu.
"Beberapa waktu lalu Butet ini sudah dikawini oleh pejantan gajah liar, ini menandakan bahwa keberadaan gajah jinak di sini bisa untuk merangkul kawananan gajah lain berada di sekitar hutan," tambah Fahrur Razi, salah seorang pengelola CRU Alu Kuyun.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2016