Wakil Presiden Forum Antaragama G20 (IF20) Katherine Marshall mengatakan Indonesia menjadi teladan seluruh bangsa perihal keberagaman karena mampu bersatu padu menjadi sebuah bangsa yang berasal dari beragam suku, agama, dan budaya.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2023
"Indonesia menjadi teladan bangsa lainnya yang terbukti selama puluhan tahun mampu menjaga persatuannya melalui masa senang dan susah," ujarnya pada acara seminar berbasis daring (webinar) internasional dalam memperingati Hari Lahir Pancasila yang diikuti secara daring di Jakarta, Selasa malam (30/5).
Katherine mengatakan Indonesia menjadi anggota yang penting dari tatakelola G20, karena pengalamannya dalam menangani keberagaman masyarakatnya, dapat menjadi pengalaman penting bagi negara lainnya untuk dapat melihat krisis dari berbagai dimensi.
Dia menyebutkan peran Indonesia sangat besar bukan hanya sebagai teladan, tapi juga pelaku utama yang bisa menghadapi dan menjawab tantangan keberagaman secara langsung.
"Keberagaman suku, ras, budaya, dan agama selalu ada di dunia ini juga dengan tantangannya masing-masing," ujarnya yang juga merupakan kontributor senior di Berkley Center for Religion, Peace, and World Affairs di Georgetown University, AS.
Menurutnya, saat ini dunia mengalami banyak isu polarisasi dalam bidang ras, agama, suku, dan politik yang memecah belah masyarakat dunia. Hal tersebut juga menyebabkan ketegangan yang ada pada masyarakat jauh lebih tinggi dibandingkan dengan saat Perang Dunia II terjadi.
Ia mengatakan kondisi di Eropa yang kohesi masyarakatnya sudah sangat umum seperti Denmark saja, masih sulit dalam menghadapi perbedaan yang ditimbulkan oleh banyaknya pekerja migran yang masuk.
Hal tersebut juga dirasakannya di AS yang dikenal bangga dalam merayakan keberagaman, namun sekarang terpaksa menghadapi disparitas ketimpangan antaride dan realita di hadapan mereka sendiri.
"Padahal narasi global tentang Hak Asasi Manusia (HAM) yang ada di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebutkan semua orang yang dilahirkan berhak untuk mendapat hal yang sama, ternyata pada nyatanya terdapat ketegangan dan ketimpangan antarsuku, bangsa, kelas, dan agama," tuturnya.
Maka dari itu, Katherine mengapresiasi adanya Pancasila sebagai ideologi bangsa karena menjadi satu-satunya ideologi yang bisa menyatukan banyak suku, budaya, dan agama menjadi satu bangsa yang utuh.
Dia menyebutkan peran Indonesia sangat besar bukan hanya sebagai teladan, tapi juga pelaku utama yang bisa menghadapi dan menjawab tantangan keberagaman secara langsung.
"Keberagaman suku, ras, budaya, dan agama selalu ada di dunia ini juga dengan tantangannya masing-masing," ujarnya yang juga merupakan kontributor senior di Berkley Center for Religion, Peace, and World Affairs di Georgetown University, AS.
Menurutnya, saat ini dunia mengalami banyak isu polarisasi dalam bidang ras, agama, suku, dan politik yang memecah belah masyarakat dunia. Hal tersebut juga menyebabkan ketegangan yang ada pada masyarakat jauh lebih tinggi dibandingkan dengan saat Perang Dunia II terjadi.
Ia mengatakan kondisi di Eropa yang kohesi masyarakatnya sudah sangat umum seperti Denmark saja, masih sulit dalam menghadapi perbedaan yang ditimbulkan oleh banyaknya pekerja migran yang masuk.
Hal tersebut juga dirasakannya di AS yang dikenal bangga dalam merayakan keberagaman, namun sekarang terpaksa menghadapi disparitas ketimpangan antaride dan realita di hadapan mereka sendiri.
"Padahal narasi global tentang Hak Asasi Manusia (HAM) yang ada di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebutkan semua orang yang dilahirkan berhak untuk mendapat hal yang sama, ternyata pada nyatanya terdapat ketegangan dan ketimpangan antarsuku, bangsa, kelas, dan agama," tuturnya.
Maka dari itu, Katherine mengapresiasi adanya Pancasila sebagai ideologi bangsa karena menjadi satu-satunya ideologi yang bisa menyatukan banyak suku, budaya, dan agama menjadi satu bangsa yang utuh.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2023