Meulaboh (ANTARA Aceh) - Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh, memeriksa dan mengobati ratusan santri Pondok Pasantren Serambi Aceh yang diserang kuman scabies penyebab kulit gatal dan berkudis.

Kepala Bidang Pemberantasan Penyakit menular dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinkes Aceh Barat dr Syuhada, di Meulaboh, Selasa, mengatakan, penyakit itu memang sering ditemukan menyerang secara massal santri pondok pasantren pola tradisional.

"Hampir sebagian besar pondok pasantren tradisional pola hidup sehatnya belum sempurna, karena itu penyakit ini banyak diderita oleh santri," katanya saat memberi penyuluhan kesehatan kepada ratusan santri Pontren Serambi Aceh.

Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan kutu yang berukuran sangat kecil dan hanya bisa dilihat mengunakan mikroskop, penyakit ini sangat mudah menular dari manusia ke manusia, dan dari hewan ke manusia dan sebaliknya.

Syuhada menyampaikan, lingkungan sekitar pontren itu terlihat bersih, tetapi kamar santri lembab karena banyak gantungan pakaian tidak kering, bahkan dalam satu kamar sampai ada 2-4 orang santri yang mengantung pakaian lembab.

Sementara itu Kepala Dinkes dr Zafril Luthfi menambahkan, gejala penyakit gatal-gatal di semua sendi tubuh santri itu dapat menular dari manusia ke manusia karena disebabkan oleh kuman scabies yang sangat kecil sehingga penderitanya berkudis.

"Penyebabnya itu tadi kuman Scabies, kuman ini hidup dikondisi kurang bersih, jadi kita sudah lihat sumber air, barang, tempat tingal dan lingkungan belakang, memang kondisi pasantren ini sangat memperihatinkan, apalagi saat ini pascabanjir,"sebutnya.

Dr Luthfi menegaskan, bahwa penyakit yang menyerang ratusan santri itu bukan disebabkan oleh banjir dalam pekan ini, tapi sudah terjadi satu tahun terakhir, selama ini para santri sudah berobat ke puskesmas, namun setelah sembuh penyakit itu kambuh.

Penyakit tersebut tidak sampai membuat penderitanya lumpuh atau tubuhnya kakg, akan tetapi lebih kepada membuat seseorang menjadi demam tinggi, saat kondisi seperti itu biasanya santri pergi berobat.

"Yang penting kebersihannya, bukan hanya kebersihan tubuhnya sendiri, tapi juga apapun yang dipakainya.  Umpamanya pakaian mereka, sepre, alas tidur, sarung bantal, itu semua harus bersih, dicuci dan dijemur kering,"tegasnya.

Sementara itu sejumlah santri laki-laki yang diwawancarai mengaku, selama ini sudah jera dengan penyakit kudis itu, bahkan banyak teman mereka sudah dibawa pulang untuk berobat di daerah asal masing-masing.

Terlebih lagi sebagian besar mereka adalah pendatang dari daerah tetangga di Aceh dan belum memiliki kartu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan, sehingga mereka tidak berobat ke puskesmas atau rumah sakit setempat.

Dinas Kesehatan Aceh Barat memeriksa satu persatu para santri pria di satu ruangan, kemudian memberikan  obat-obatan dan salep kulit.

Sebelumnya di laporkan lebih 400 orang santri menderita gatal-gatal.

"Penyakit kulit ini tidak mewabah, tapi hanya menular karena kuman itu bisa berpindah-pindah. Untuk penyembuhan harus didukung lingkungan bersih, pakaian bersih, jangan sampai tinggal dalam ruang yang lembab," kata Luthfi.

Pompes Serambi Aceh, beralamat di Kecamatan Kaway XVI, Kabupaten Aceh Barat itu mengelola pendidikan santri lebih dari 600 orang dan hampir semuanya menderita penyakit kudis, para santri lebih memilih bertahan karena beranggapan penyakit itu adalah cobaan.

Pewarta: Anwar

Uploader : Salahuddin Wahid


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2017