Pj Bupati Aceh Barat Daya (Abdya) Darmansah meninjau kilang padi modern atau Rice Milling Unit (RMU) di komplek Balai Benih Utama Kecamatan Tangan-Tangan.
Kunjungan Darmansah turut didampingi pengusaha setempat Said Syamsul Bahri yang berencana mengelola. Mereka mendengar penjelasan dari Kepala Dinas Pertanian dan Pangan, Abdya Nasruddin terkait pengoperasian RMU yang memiliki kapasitas 40 ton per hari itu.
"Mesin tidak ada kendala hanya tinggal siapa yang mengoperasikannya agar aset daerah ini tidak menjadi terbengkalai," kata Darmansah, Selasa.
Baca juga: Kilang padi modern bernilai Rp7,7 miliar di Abdya mulai beroperasi
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Abdya Nasruddin menjelaskan, pihak PT PT Semangat Bersama Entrepreneurship (SBE) sudah memutuskan kontrak pada awal Juni 2023 lalu. "Hanya dua bulan ini saja RMU ini tidak beroperasi," katanya.
Nasruddin menerangkan, pihak PT SBE hanya dua tahun mengontrak pabrik padi dengan membayar Pendapatan Asli Daerah (PAD) sekitar Rp250 juta per tahun.
Ia juga mengatakan selama ini pihak perusahaan asal Jakarta itu aktif mengoperasionalkan pabrik padi modern tersebut terutama saat memasuki musim panen raya padi di daerah.
Sementara itu, pengusaha setempat Said Syamsul Bahri menilai aset Kabupaten Abdya tersebut harus dioperasionalkan agar bisa dirasakan manfaat oleh petani.
Apalagi, lanjut dia, selama ini harga gabah di Abdya juga sering dipermainkan oleh pihak luar. Hal ini karena tidak ada pengusaha lokal yang menampung gabah saat memasuki musim panen.
Padahal, kata dia, alat pendukung seperti pabrik padi modern sudah dibangun oleh pemerintah daerah untuk meningkatkan harga gabah di tingkat petani.
"Kita tidak bicara untung atau rugi dan kita tidak bicara siapa orang yang jalankan, tetapi kita harus pikirkan RMU ini bisa jalan dan menutupi biaya operasional," katanya.
Baca juga: Kilang padi modern Pemkab Abdya akan disewakan pada pengusaha
Said yang juga mantan ketua DPRK Abdya itu menilai aset pemerintah itu harus dijaga dengan cara dioperasikan apalagi bahan olahannya melimpah di Abdya.
Ia mengaku prihatin mesin sebagus ini tidak difungsikan. Karena, menurut dia, apabila mesin ini beroperasi maksimal maka harga gabah di daerah Kecamatan Tangan-Tangan, Setia, Manggeng dan Kecamatan Lembah Sabil, bahkan bisa lebih tinggi.
"Kalau mesin hidup yang diuntungkan itu petani, makanya harus sama-sama kita pikirkan agar RMU ini bisa dioperasionalkan," kata Said Syamsul.
Saat ditanya sejauh mana keinginan mengoperasikan kilang padi itu, Said Syamsul mengaku, akan menganalisa terlebih dahulu baik persoalan bisnis atau lainnya.
"Kalau untuk kebaikan masyarakat petani Kabupaten Abdya kenapa tidak," ujarnya.
Baca juga: Rumah dan gudang bekas kilang padi di Aceh Utara ludes terbakar
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2023
Kunjungan Darmansah turut didampingi pengusaha setempat Said Syamsul Bahri yang berencana mengelola. Mereka mendengar penjelasan dari Kepala Dinas Pertanian dan Pangan, Abdya Nasruddin terkait pengoperasian RMU yang memiliki kapasitas 40 ton per hari itu.
"Mesin tidak ada kendala hanya tinggal siapa yang mengoperasikannya agar aset daerah ini tidak menjadi terbengkalai," kata Darmansah, Selasa.
Baca juga: Kilang padi modern bernilai Rp7,7 miliar di Abdya mulai beroperasi
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Abdya Nasruddin menjelaskan, pihak PT PT Semangat Bersama Entrepreneurship (SBE) sudah memutuskan kontrak pada awal Juni 2023 lalu. "Hanya dua bulan ini saja RMU ini tidak beroperasi," katanya.
Nasruddin menerangkan, pihak PT SBE hanya dua tahun mengontrak pabrik padi dengan membayar Pendapatan Asli Daerah (PAD) sekitar Rp250 juta per tahun.
Ia juga mengatakan selama ini pihak perusahaan asal Jakarta itu aktif mengoperasionalkan pabrik padi modern tersebut terutama saat memasuki musim panen raya padi di daerah.
Sementara itu, pengusaha setempat Said Syamsul Bahri menilai aset Kabupaten Abdya tersebut harus dioperasionalkan agar bisa dirasakan manfaat oleh petani.
Apalagi, lanjut dia, selama ini harga gabah di Abdya juga sering dipermainkan oleh pihak luar. Hal ini karena tidak ada pengusaha lokal yang menampung gabah saat memasuki musim panen.
Padahal, kata dia, alat pendukung seperti pabrik padi modern sudah dibangun oleh pemerintah daerah untuk meningkatkan harga gabah di tingkat petani.
"Kita tidak bicara untung atau rugi dan kita tidak bicara siapa orang yang jalankan, tetapi kita harus pikirkan RMU ini bisa jalan dan menutupi biaya operasional," katanya.
Baca juga: Kilang padi modern Pemkab Abdya akan disewakan pada pengusaha
Said yang juga mantan ketua DPRK Abdya itu menilai aset pemerintah itu harus dijaga dengan cara dioperasikan apalagi bahan olahannya melimpah di Abdya.
Ia mengaku prihatin mesin sebagus ini tidak difungsikan. Karena, menurut dia, apabila mesin ini beroperasi maksimal maka harga gabah di daerah Kecamatan Tangan-Tangan, Setia, Manggeng dan Kecamatan Lembah Sabil, bahkan bisa lebih tinggi.
"Kalau mesin hidup yang diuntungkan itu petani, makanya harus sama-sama kita pikirkan agar RMU ini bisa dioperasionalkan," kata Said Syamsul.
Saat ditanya sejauh mana keinginan mengoperasikan kilang padi itu, Said Syamsul mengaku, akan menganalisa terlebih dahulu baik persoalan bisnis atau lainnya.
"Kalau untuk kebaikan masyarakat petani Kabupaten Abdya kenapa tidak," ujarnya.
Baca juga: Rumah dan gudang bekas kilang padi di Aceh Utara ludes terbakar
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2023