Menteri Luar Negeri Palestina Riyad al-Maliki pada Kamis mengatakan negaranya semakin berbelok kepada China dalam kebijakan luar negerinya. Ini merupakan buntut dari kecewa terhadap pemerintahan Presiden AS Joe Biden yang dinilai tak kunjung menepati janjinya untuk selesaikan konflik Timur Tengah.

"Tiga tahun telah berlalu sejak janji Presiden Biden, tetapi kami tidak melihat (hasil) apa pun selain dukungan keuangan untuk Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) dan rumah sakit di Yerusalem Timur," kata Maliki kepada wartawan di kantor Kementerian Luar Negeri di Tepi Barat yang diduduki.

Maliki juga menyampaikan kekecewaan Palestina atas sikap AS dalam menanggapi pelanggaran yang dilakukan oleh Israel, termasuk serangannya baru-baru ini di kota Jenin.

Baca juga: Inggris, Kanada dan Australia kompak desak Israel batalkan pemukiman baru di Palestina

Oleh karena itu, Maliki mengatakan bahwa Palestina kini lebih berharap kepada China, yang mendukung keanggotaan penuh Palestina dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

“China tidak hanya berupaya meningkatkan kehadiran ekonominya, tetapi juga kehadiran politiknya di Timur Tengah. Banyak negara di dunia menginginkan dukungan China karena telah menjadi pemain global yang penting,” ujarnya.

Negosiasi perdamaian antara Palestina dan Israel terhenti pada April 2014 karena berbagai faktor, termasuk langkah Israel untuk melanjutkan pembangunan permukiman ilegal Yahudi di Tepi Barat yang diduduki dan menolak solusi dua negara dengan Palestina.

Palestina menuding AS berpihak pada Israel dan bersikap bias dalam kelanjutan proses perdamaian yang macet antara kedua negara.

Sumber: Anadolu


Baca juga: Indonesia versus Palestina tak sekadar si kulit bundar
 

Pewarta: Shofi Ayudiana

Editor : Febrianto Budi Anggoro


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2023