Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) menyebut lahan pertanian dengan luas sekitar 467,25 hektare dilaporkan rusak akibat diterjang banjir bandang Kabupaten Aceh Tenggara pada beberapa waktu lalu, yang dipicu akibat curah hujan dengan intensitas tinggi.
Kepala Pelaksana BPBA Ilyas di Banda Aceh, Kamis, mengatakan lahan pertanian yang rusak tersebut meliputi lahan tanaman jagung, padi, bawang hingga lahan tanaman cabai.
“Lahan jagung sekitar 324 hektare, lahan padi sekitar 142 hektare, lahan bawang 0,25 hektare dan lahan cabai sekitar 1 hektare,” kata Ilyas melalui keterangan Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) BPBA.
Baca juga: 106 rumah rusak akibat banjir bandang Aceh Tenggara
Ia menjelaskan, banjir luapan dan banjir bandang melanda Aceh Tenggara pada Senin (13/11) sekitar pukul 20.00 WIB, dengan ketinggian air antara 20-30 centimeter. Data terakhir, daerah yang terdampak banjir sebanyak 63 desa dalam 15 kecamatan.
Ke-15 kecamatan itu, yakni Kecamatan Bambel, Semadam, Babussalam, Lawe Bulan, Ketambe, Lawe Sumur, Bukit Tusam, Tanoh Alas, Babul Rahmah, Lawe Alas, Darul Hasanah, Deleng Pokhisen, Lawe Sigala-gala, Babul Makmur dan Kecamatan Badar.
Banjir Aceh Tenggara dipicu curah hujan tinggi yang mengguyur hampir seluruh wilayah Aceh Tenggara pada saat itu, sehingga menyebabkan meluap debit Sungai Lawe Kinga, Sungai Pasar Puntung, Sungai Lawe Alas, Sungai Lawe Bulan dan Sungai Gunung Malas Bukit Baru.
“Akibatnya material lumpur, batu dan kayu gelondongan yang dibawa arus membanjiri ke pemukiman warga,” ujarnya.
Selain merusak lahan pertanian warga, kata dia, peristiwa itu membuat banyak kerusakan infrastruktur, baik milik pemerintah, masyarakat maupun milik swasta, seperti rumah rusak, jembatan putus, jembatan rusak dan lainnya.
Korban terdampak sebanyak 5.964 jiwa dalam 1.694 kepala keluarga (KK). Seorang balita usai 2 tahun meninggal dunia karena hanyut, dua orang luka-luka dan 10 orang warga di Kecamatan Semadam mengungsi karena kehilangan tempat tinggal diterjang banjir bandang.
“Kondisi terakhir hingga saat ini air sudah surut,” kata Ilyas.
Sejak hari pertama hingga sekarang, kata Ilyas, BPBD Aceh Tenggara bersama lintas sektor di daerah itu terus melakukan penanggulangan banjir seperti pendataan, pencairan korban, pembersihan material lumpur dan kayu, normalisasi sungai, mendirikan posko, dapur umum, dan memberi bantuan lainnya bagi masyarakat.
Seperti halnya hari ini, lanjut, BPBD Aceh Tenggara bersama lintas sektor melakukan pembersihan di badan jalan di Desa Pasar Puntung, Kecamatan Semadam dengan menggunakan alat berat jenis greder dan looder.
Kemudian, pemasangan jembatan kayu darurat sementara untuk dilalui roda dua di Desa Mbarung, Kecamatan Babussalam, serta pembersihan fasilitas umum tempat ibadah, rumah sekolah dan rumah warga.
“Yang juga menurunkan tiga unit armada damkar membersihkan lumpur dan puing-puing kayu di badan jalan rumah masyarakat dan lain-lain,” ujarnya.
Baca juga: Bocah terseret arus banjir di Aceh Tenggara ditemukan tak bernyawa
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2023
Kepala Pelaksana BPBA Ilyas di Banda Aceh, Kamis, mengatakan lahan pertanian yang rusak tersebut meliputi lahan tanaman jagung, padi, bawang hingga lahan tanaman cabai.
“Lahan jagung sekitar 324 hektare, lahan padi sekitar 142 hektare, lahan bawang 0,25 hektare dan lahan cabai sekitar 1 hektare,” kata Ilyas melalui keterangan Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) BPBA.
Baca juga: 106 rumah rusak akibat banjir bandang Aceh Tenggara
Ia menjelaskan, banjir luapan dan banjir bandang melanda Aceh Tenggara pada Senin (13/11) sekitar pukul 20.00 WIB, dengan ketinggian air antara 20-30 centimeter. Data terakhir, daerah yang terdampak banjir sebanyak 63 desa dalam 15 kecamatan.
Ke-15 kecamatan itu, yakni Kecamatan Bambel, Semadam, Babussalam, Lawe Bulan, Ketambe, Lawe Sumur, Bukit Tusam, Tanoh Alas, Babul Rahmah, Lawe Alas, Darul Hasanah, Deleng Pokhisen, Lawe Sigala-gala, Babul Makmur dan Kecamatan Badar.
Banjir Aceh Tenggara dipicu curah hujan tinggi yang mengguyur hampir seluruh wilayah Aceh Tenggara pada saat itu, sehingga menyebabkan meluap debit Sungai Lawe Kinga, Sungai Pasar Puntung, Sungai Lawe Alas, Sungai Lawe Bulan dan Sungai Gunung Malas Bukit Baru.
“Akibatnya material lumpur, batu dan kayu gelondongan yang dibawa arus membanjiri ke pemukiman warga,” ujarnya.
Selain merusak lahan pertanian warga, kata dia, peristiwa itu membuat banyak kerusakan infrastruktur, baik milik pemerintah, masyarakat maupun milik swasta, seperti rumah rusak, jembatan putus, jembatan rusak dan lainnya.
Korban terdampak sebanyak 5.964 jiwa dalam 1.694 kepala keluarga (KK). Seorang balita usai 2 tahun meninggal dunia karena hanyut, dua orang luka-luka dan 10 orang warga di Kecamatan Semadam mengungsi karena kehilangan tempat tinggal diterjang banjir bandang.
“Kondisi terakhir hingga saat ini air sudah surut,” kata Ilyas.
Sejak hari pertama hingga sekarang, kata Ilyas, BPBD Aceh Tenggara bersama lintas sektor di daerah itu terus melakukan penanggulangan banjir seperti pendataan, pencairan korban, pembersihan material lumpur dan kayu, normalisasi sungai, mendirikan posko, dapur umum, dan memberi bantuan lainnya bagi masyarakat.
Seperti halnya hari ini, lanjut, BPBD Aceh Tenggara bersama lintas sektor melakukan pembersihan di badan jalan di Desa Pasar Puntung, Kecamatan Semadam dengan menggunakan alat berat jenis greder dan looder.
Kemudian, pemasangan jembatan kayu darurat sementara untuk dilalui roda dua di Desa Mbarung, Kecamatan Babussalam, serta pembersihan fasilitas umum tempat ibadah, rumah sekolah dan rumah warga.
“Yang juga menurunkan tiga unit armada damkar membersihkan lumpur dan puing-puing kayu di badan jalan rumah masyarakat dan lain-lain,” ujarnya.
Baca juga: Bocah terseret arus banjir di Aceh Tenggara ditemukan tak bernyawa
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2023