Blangpidie (ANTARA Aceh) - Ketua kelompok tani perkebunan Desa Cinta Makmur, Kecamatan Setia, mengakui ada menerima bantuan tanaman kopi dari Pemerintah kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya) pada akhir tahun 2016.

Pengakuan tersebut diungkapkan ketua kelompok Bina Tani, Tajidan dihadapan dua anggota DPRK Abdya turun lapangan untuk melakukan pengawasan terhadap program bantuan kopi dari pemerintah daerah di Blangpidie, Rabu.

Pemerintah daerah melalui Dinas Perkebunan Abdya pada tahun anggaran 2016 menyalurkan bantuan bibit kopi lengkap biaya pembersihan lahan kepada sejumlah kelompok tani sebagai upaya meningkatkan ekonomi masyarakat pedesaan.

Agar bantuan tersebut tidak disia-siakan, dua anggota dewan, yakni Saiful Asmadi dari Partai Bulan Bintang (PBB) dan Dedy Suherman dari Partai Amanat Nasional (PAN), turun lapangan sebagai bentuk melaksanakan fungsi pengawasan.

"Kelompok bapak apa ada diberikan bantuan bibit kopi oleh Pemkab Abdya. Kemudian, apa-apa saja yang diberikan oleh pemerintah. Apa ada diberikan biaya untuk pembersihan lahan dan untuk biaya tanam?," tanya Ketua Komisi B DPRK Abdya, Suherman pada Tajidan di Desa Cinta Makmur, Blangpidie.

Tajidan menjawab semua jenis bantuan yang tergabung dalam paket pengembangan kopi ada disalurkan pemerintah daerah. Mulai dari bibit kopi, biaya pembersihan lahan dan biaya penananaman serta pupuk lengkap ada diberikan.

Selanjutnya, anggota legislator itu menanyakan lagi pada Ketua Kelompok Bina Tani kopi tersebut. Berapa biaya penanaman kopi diberikan dalam satu batang?. Kemudian bagaimana dengan obat-obatan untuk antisipasi hama penyakit tanaman?, tanya dewan.

Tajidan menjawab, kalau biaya penanaman itu diberikan Rp1.000 per batang. Tapi kalau mengenai obat-obatan antisipasi hama penyakit itu belum ada, karena tanaman kopi belum memasuki masa pemeliharaan.

Tajidan menjelaskan, Kelompok Bina Tani memiliki anggota 32 orang dan pada tahun lalu mendapatkan bantuan bibit kopi Robusta dari Pemkab Abdya sebanyak 12 ribu batang.

"Kelompok saya ada mendapatkan bantuan sebanyak 12 ribu batang bibit kopi. Sebagian besar sudah kami tanam. Memang ada juga yang belum tanam karena anggota petani sibuk di sawah saat bibit kopi disalurkan," katanya.

Selain sibuk di sawah, lanjut dia, petani juga tidak terlalu fokus pada tanaman kopi tersebut karena masih banyak pekerjaaan lain yang harus diselesaikan, seperti bercocok tanam padi serentak yang diprogramkan pemerintah, sehingga budidaya kopi dijadikan pekerjaan sampingan.

"Tanam kopi ini kerja sampingan kami. Petani tidak terlalu fokus pada perkebunan ini. Karena, jika kami fokus ke situ saja, dimana kami ambil biaya untuk kebutuhan rumah tangga. Jadi, ketika kami memiliki waktu luang sisa bibit kopi itu pasti kami tanam," ungkap Tajidan.

Pewarta: Suprian

Uploader : Salahuddin Wahid


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2017