Banda Aceh (ANTARA Aceh) - Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala (FT Unsyiah) menciptakan mobil pengolahan air bertenaga surya dengan nama Ie Dhiet 1.0, satu inovasi karya dosen dan mahasiswa pada jurusan teknik mesin universitas itu.

Mobil pengolahan air bertenaga surya tersebut diluncurkan oleh Rektor Unsyiah, Prof Samsul Rizal di halaman kampus FT Unsyiah, Darussalam Banda Aceh, Senin.

"Inovasi seperti ini sangat penting karena banyak daerah di Aceh yang kondisi airnya masih payau, sehingga masyarakat kesulitan untuk mendapatkan air bersih," kata Rektor Unsyiah Prof Samsul Rizal.

Ia juga menjelaskan tidak semua gampong/desa di provinsi berpenduduk sekitar lima juta jiwa itu mendapatkan sumber air dari PDAM, sehingga dengan adanya terobosan baru tersebut dapat mengatasi permasalahan yang kerap terjadi seperti keluhan kekurangan air bersih.

"Unsyiah hanya memberikan teknologi untuk masyarakat, baik itu yang listriknya tidak ada, sumurnya susah atau sumurnya harus dipompa dulu. Inovasi ini diberikan sebagai pengabdian Unsyiah dan untuk menjadi contoh kepada masyarakat," katanya.

Pihaknya berharap dengan hadirnya inovasi terbaru yang dilahirkan oleh tenaga pengajar bersama mahasiswa dari perguruan tinggi "Jantong Hatee" rakyat Aceh itu masyarakat bisa mengkonsumsi air bersih yang layak.

Ketua Laboratorium Desain dan Manufaktur FT Unsyiah, Muhammad Tadjuddin ST mengatakan gagasan menciptakan Ie Dhiet 1.0 ini terinspirasi dari kondisi air di lokasi bencana seperti desa Meunasah Jurong, Kabupaten Pidie Jaya yang kurang layak untuk diminum karena banyak menggandung senyawa Fe (besi).

"Unit pengolahan air sistem bergerak ini cocoknya memang untuk daerah rawan bencana, tapi juga bisa digunakan di daerah lain yang kesulitan mendapatkan air bersih," katanya.

Tadjuddin menjelaskan alat tersebut dapat bekerja dengan cara tiga kali penyaringan yang filternya terdiri dari zat mangan, karbon aktif, filter 1 micron, dan filter 3 micron.

Ia mengatakan setelah melewati tiga tahap penyaringan dengan menggunakan filter aktif tersebut, maka air yang dihasilkan bisa digunakan oleh masyarakat dan juga harus dilakukan uji kelayakan di Badan Pengawan Obat dan Makanan (BPOM).

Menurut dia selain untuk pengolahan air bersih, alat tersebut juga menyimpan energi listrik dengan daya 220 volt dan fasilitas penerangan 12 volt. Sumber energi mesin berasal dari solar cell.

Ada pun biaya yang dibutuhkan untuk membuat satu unit alat tersebut mencapai Rp30-35 juta masa pengerjaan selama satu bulan.

"Sumber dana pembuatan Ie Dhiet 1.0 berasal dari sumbangan masyarakat Kalimantan Utara untuk korban gempa Pidie Jaya sebesar Rp10 juta dan selebihnya dari Unsyiah. Rencananya, unit pengolahan air mobile ini akan dibawa ke Pidie Jaya pada Kamis, 30 Maret 2017," katanya. 

Pewarta: Muhammad Ifdhal

Uploader : Salahuddin Wahid


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2017