Aceh Besar (ANTARA Aceh) - Sebagian besar tanaman kelapa dalam di Kecamatan Pulo Aceh, Kabupaten Aceh Besar, sudah belasan tahun tidak berproduksi lagi, karena kurangnya perawatan pascamusibah tsunami pada Desember 2004.

Rusli, petani kelapa di Gampong (desa) Rinon, Kecamatan Pulo Aceh, Minggu menyatakan, sejak setelah musibah tsunami sampai sekarang tanaman kelapa dalam di daerahnya tidak berbuah lagi.

"Hampir menyeluruh, para petani kelapa di daerah ini gagal panen dan ini sudah berlangsung lama," ujar dia.

Dikatakan, untuk memenuhi kebutuhan keluarga, komoditi tersebut harus didatangkan dari Banda Aceh dengan harga Rp3.000/butir.

Menurutnya, penyabab utama tidak berbuahnya kelapa di kepulauan paling ujung barat Indonesia itu besar kemungkinan karena kurangnya perhatian atau perawatan.

"Karena sudah lama tidak ada hasil, petani pun tidak menghiraukan lagi tanaman kelapanya. Lagi pula tidak ada petani kelapa yang sejahtera," tuturnya.

Petani kepala Hibriba (kelapa yang usia produktifiitasnya sampai 15 tahun) Sofyan di Gampong Meulingge, Pulo Aceh mengakui, dirinya  hanya menanami puluhan batang kepala saja di halaman samping dan belakang rumahnya.

"Kelapa ini sudah enam tahun saya taman dan buahnya tidak kami perjual belikan, hanya untuk memenuhi kebutuhan keluarga," katanya.

Di kepulauan paling terluar Indonesia itu terlihat tumbuh subur batang kepala dan hampir sepanjang jalan yang dilalui terlihat jelas tanaman tersebut di pesisir pantai dan perbukitan.

Pewarta: Irman Yusuf

Uploader : Salahuddin Wahid


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2017