Balai Bahasa Provinsi Aceh (BBPA) bakal merevitalisasi bahasa Aceh dan Gayo tahun ini karena statusnya yang tergolong rentan akibat jumlah penutur semakin berkurang berdasarkan kajian vitalitas bahasa 2019 lalu.
"Karena statusnya, kita lakukan revitalisasi agar daya hidup bahasa Aceh dan Gayo bisa terus meningkat terutama di kalangan generasi muda sebab mereka yang menjadi tunas atau pelaku bahasa," kata Kepala BBPA, Umar Solikhan, di Banda Aceh, Rabu.
Umar menyampaikan, kegiatan revitalisasi bahasa daerah (RBD) tersebut dilaksanakan pada enam kabupaten, yaitu bahasa Aceh dilaksanakan di Pidie, Aceh Besar, dan Banda Aceh, sedangkan bahasa Gayo di Aceh Tengah, Bener Meriah, dan Gayo Lues.
"Wilayah yang dipilih sebagai sasaran revitalisasi bahasa merupakan wilayah yang terjangkau dan diharapkan kedepannya dapat menjangkau wilayah yang lebih luas dengan catatan anggaran meningkat," ujarnya.
Baca juga: BBPA luncurkan kamus bergambar bahasa Aceh-Indonesia-Inggris
Ia menjelaskan, tahapan kegiatan revitalisasi bahasa daerah ini diawali dengan rapat koordinasi dan diskusi kelompok terpumpun (DKT) yang melibatkan badan pengembangan dan pembinaan bahasa, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota beserta pemangku kepentingan lainnya.
"Tahap awal kami mengumpulkan pemangku kebijakan untuk menentukan dukungan berupa kebijakan serta mengumpulkan maestro untuk merumuskan pelaksanaan revitalisasi bahasa," katanya.
Sementara itu, Kepala Pusat Pengembangan dan Pelindungan Bahasa dan Sastra Kemendikbud RI, Imam Budi Utomo menyampaikan kegiatan revitalisasi bahasa daerah merupakan salah satu program prioritas Kemendikbud.
"Tujuannya untuk melindungi lokalitas budaya daerah yang juga terkandung dalam sebuah bahasa. Hilangnya sebuah bahasa maka hilang pula kebudayaan daerah. Tentunya, hal ini tidak kita inginkan," katanya.
Untuk tetap melestarikan bahasa, Imam mengutarakan bahwa pemerintah pusat melalui Kemendikbud juga telah memasukkan revitalisasi ke dalam platform Merdeka Belajar Episode ke-17 pada 22 Februari 2022 lalu.
"Inisiatif tersebut sejalan dengan amanat Pasal 32 Ayat 2 UUD 1945 tentang perlindungan bahasa," ujarnya.
Dirinya menambahkan, tahun ini pihaknya melakukan revitalisasi terhadap lebih dari 90 bahasa daerah di Indonesia. Sasaran utama dari kegiatan tersebut adalah generasi muda terutama yang masih duduk di bangku SD dan SMP.
"Karena di kalangan mereka telah terjadi penurunan penggunaan bahasa daerah terutama di lingkungan keluarga dan masyarakat," katanya.
Sebagai informasi, pada akhir revitalisasi akan diadakan Festival Tunas Bangsa Ibu (FTBI) di Jakarta pada 1-5 Mei 2024. Dalam kegiatan itu nantinya dihadirkan 600 siswa berprestasi untuk mengikuti acara puncak hari pendidikan nasional.
Baca juga: Ratusan kosakata bahasa Aceh diusulkan masuk dalam KBBI
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2024
"Karena statusnya, kita lakukan revitalisasi agar daya hidup bahasa Aceh dan Gayo bisa terus meningkat terutama di kalangan generasi muda sebab mereka yang menjadi tunas atau pelaku bahasa," kata Kepala BBPA, Umar Solikhan, di Banda Aceh, Rabu.
Umar menyampaikan, kegiatan revitalisasi bahasa daerah (RBD) tersebut dilaksanakan pada enam kabupaten, yaitu bahasa Aceh dilaksanakan di Pidie, Aceh Besar, dan Banda Aceh, sedangkan bahasa Gayo di Aceh Tengah, Bener Meriah, dan Gayo Lues.
"Wilayah yang dipilih sebagai sasaran revitalisasi bahasa merupakan wilayah yang terjangkau dan diharapkan kedepannya dapat menjangkau wilayah yang lebih luas dengan catatan anggaran meningkat," ujarnya.
Baca juga: BBPA luncurkan kamus bergambar bahasa Aceh-Indonesia-Inggris
Ia menjelaskan, tahapan kegiatan revitalisasi bahasa daerah ini diawali dengan rapat koordinasi dan diskusi kelompok terpumpun (DKT) yang melibatkan badan pengembangan dan pembinaan bahasa, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota beserta pemangku kepentingan lainnya.
"Tahap awal kami mengumpulkan pemangku kebijakan untuk menentukan dukungan berupa kebijakan serta mengumpulkan maestro untuk merumuskan pelaksanaan revitalisasi bahasa," katanya.
Sementara itu, Kepala Pusat Pengembangan dan Pelindungan Bahasa dan Sastra Kemendikbud RI, Imam Budi Utomo menyampaikan kegiatan revitalisasi bahasa daerah merupakan salah satu program prioritas Kemendikbud.
"Tujuannya untuk melindungi lokalitas budaya daerah yang juga terkandung dalam sebuah bahasa. Hilangnya sebuah bahasa maka hilang pula kebudayaan daerah. Tentunya, hal ini tidak kita inginkan," katanya.
Untuk tetap melestarikan bahasa, Imam mengutarakan bahwa pemerintah pusat melalui Kemendikbud juga telah memasukkan revitalisasi ke dalam platform Merdeka Belajar Episode ke-17 pada 22 Februari 2022 lalu.
"Inisiatif tersebut sejalan dengan amanat Pasal 32 Ayat 2 UUD 1945 tentang perlindungan bahasa," ujarnya.
Dirinya menambahkan, tahun ini pihaknya melakukan revitalisasi terhadap lebih dari 90 bahasa daerah di Indonesia. Sasaran utama dari kegiatan tersebut adalah generasi muda terutama yang masih duduk di bangku SD dan SMP.
"Karena di kalangan mereka telah terjadi penurunan penggunaan bahasa daerah terutama di lingkungan keluarga dan masyarakat," katanya.
Sebagai informasi, pada akhir revitalisasi akan diadakan Festival Tunas Bangsa Ibu (FTBI) di Jakarta pada 1-5 Mei 2024. Dalam kegiatan itu nantinya dihadirkan 600 siswa berprestasi untuk mengikuti acara puncak hari pendidikan nasional.
Baca juga: Ratusan kosakata bahasa Aceh diusulkan masuk dalam KBBI
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2024