Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) RI mengupayakan solusi jangka pendek dan panjang terkait melimpahnya hasil tangkapan nelayan di PPS Kutaraja Lampulo Banda Aceh agar kasus pembuangan ikan tidak terulang kembali kedepannya.
"Harus ada solusi jangka pendek dan jangka panjang, ini kesepakatan supaya ekonomi nelayan tidak terganggu, tetapi harusnya meningkat," kata Inspektur Jenderal (Irjen) KKP, Tornanda Syaifullah, di Banda Aceh, Jumat.
Pernyataan itu disampaikan Tornanda Syaifullah saat meninjau dan berbincang dengan para nelayan di PPS Kutaraja Lampulo, bersama Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Aceh, Aliman, di Banda Aceh.
Kunjungan tersebut setelah adanya kejadian nelayan Banda Aceh membuang ikan hasil tangkapan mereka sekitar tujuh ton karena sudah busuk dan tak layak konsumsi.
Tornanda menyampaikan, karena adanya peristiwa nelayan membuang ikan tersebut, maka Pemerintah Pusat memberikan perhatian penuh supaya masalah itu tidak terjadi lagi, baik di Aceh dan seluruh pelabuhan perikanan di Indonesia.
"Pak Menteri langsung perintahkan, maka perlu kita lakukan koordinasi antara KKP dengan DKP Aceh, Panglima Laot dan pelaku usaha," ujarnya.
Baca juga: Ikan melimpah, KKP maksimalkan serapan ikan tangkapan nelayan Aceh
Tornanda menuturkan, pemerintah terus berupaya menyelesaikan permasalahan ini mulai dari hulu ke hilir, dan salah satu cara yang dapat dilakukan dalam waktu dekat adalah membuat koperasi nelayan.
"Kedepannya kami ingin dibuatkan koperasi nelayan, semua yang tergabung dalam koperasi kita harap harus berkomitmen," katanya .
Kemudian, kata dia, KKP juga berencana menampung ikan murah atau yang sudah busuk untuk selanjutnya diolah menjadi produksi pakan hingga tepung ikan.
Menurutnya, langkah ini sangat penting mengingat kebutuhan pakan di Aceh juga tergolong tinggi. Tetapi, selama ini hanya menerima kiriman dari Medan, Sumatera Utara.
"Maka kita usahakan hasil tangkapan tadi nelayan tadi itu yang tidak layak lagi konsumsi, kita upayakan untuk diolah," ujarnya.
Untuk solusi jangka pendek ini, tambah Irjen, KKP segera menyiapkan mesin tepung ikan tersebut, dan nantinya langsung dilakukan pengolahan oleh koperasi yang sudah terbentuk.
"Pertama, rencananya juga kita bantu untuk pembiayaan modal awal koperasi. Jadi selesai masalah di jangka pendek," katanya.
Irjen menambahkan, selain menyediakan mesin pengolahan tepung ikan, pihaknya juga bakal mendatangkan pembeli dari luar Aceh. Sehingga tangkapan nelayan tidak dapat ditampung, harga juga stabil.
Lalu, langkah awal pengolahan tepung ikan dengan mesin kecil harus dapat dikembangkan dan terus bertransformasi, akhirnya ekonomi nelayan Aceh meningkat.
"Mesin itu untuk modeling di hilir, kalau berjalan baik, bisa ditiru, dan nantinya terus bertransformasi. Sehingga ekonomi di sini secara tidak langsung meningkat," demikian Tornanda.
Baca juga: Kejati Aceh usut indikasi korupsi pengadaan ikan korban konflik
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2024
"Harus ada solusi jangka pendek dan jangka panjang, ini kesepakatan supaya ekonomi nelayan tidak terganggu, tetapi harusnya meningkat," kata Inspektur Jenderal (Irjen) KKP, Tornanda Syaifullah, di Banda Aceh, Jumat.
Pernyataan itu disampaikan Tornanda Syaifullah saat meninjau dan berbincang dengan para nelayan di PPS Kutaraja Lampulo, bersama Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Aceh, Aliman, di Banda Aceh.
Kunjungan tersebut setelah adanya kejadian nelayan Banda Aceh membuang ikan hasil tangkapan mereka sekitar tujuh ton karena sudah busuk dan tak layak konsumsi.
Tornanda menyampaikan, karena adanya peristiwa nelayan membuang ikan tersebut, maka Pemerintah Pusat memberikan perhatian penuh supaya masalah itu tidak terjadi lagi, baik di Aceh dan seluruh pelabuhan perikanan di Indonesia.
"Pak Menteri langsung perintahkan, maka perlu kita lakukan koordinasi antara KKP dengan DKP Aceh, Panglima Laot dan pelaku usaha," ujarnya.
Baca juga: Ikan melimpah, KKP maksimalkan serapan ikan tangkapan nelayan Aceh
Tornanda menuturkan, pemerintah terus berupaya menyelesaikan permasalahan ini mulai dari hulu ke hilir, dan salah satu cara yang dapat dilakukan dalam waktu dekat adalah membuat koperasi nelayan.
"Kedepannya kami ingin dibuatkan koperasi nelayan, semua yang tergabung dalam koperasi kita harap harus berkomitmen," katanya .
Kemudian, kata dia, KKP juga berencana menampung ikan murah atau yang sudah busuk untuk selanjutnya diolah menjadi produksi pakan hingga tepung ikan.
Menurutnya, langkah ini sangat penting mengingat kebutuhan pakan di Aceh juga tergolong tinggi. Tetapi, selama ini hanya menerima kiriman dari Medan, Sumatera Utara.
"Maka kita usahakan hasil tangkapan tadi nelayan tadi itu yang tidak layak lagi konsumsi, kita upayakan untuk diolah," ujarnya.
Untuk solusi jangka pendek ini, tambah Irjen, KKP segera menyiapkan mesin tepung ikan tersebut, dan nantinya langsung dilakukan pengolahan oleh koperasi yang sudah terbentuk.
"Pertama, rencananya juga kita bantu untuk pembiayaan modal awal koperasi. Jadi selesai masalah di jangka pendek," katanya.
Irjen menambahkan, selain menyediakan mesin pengolahan tepung ikan, pihaknya juga bakal mendatangkan pembeli dari luar Aceh. Sehingga tangkapan nelayan tidak dapat ditampung, harga juga stabil.
Lalu, langkah awal pengolahan tepung ikan dengan mesin kecil harus dapat dikembangkan dan terus bertransformasi, akhirnya ekonomi nelayan Aceh meningkat.
"Mesin itu untuk modeling di hilir, kalau berjalan baik, bisa ditiru, dan nantinya terus bertransformasi. Sehingga ekonomi di sini secara tidak langsung meningkat," demikian Tornanda.
Baca juga: Kejati Aceh usut indikasi korupsi pengadaan ikan korban konflik
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2024