Pemerintah Aceh melalui Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) meminta pemerintah pusat segera membentuk Manggala Agni Daops Aceh mengingat proses pemadaman karhutla selama ini masih terkendala alat yang belum memadai.
"Aceh belum ada Manggala Agni, padahal mereka spesifikasinya memang untuk karhutla. Kalau ada mereka penanganannya lebih efektif," kata Plh Kepala DLHK Aceh Muhammad Daud di Banda Aceh, Kamis.
Muhammad Daud mengatakan selama ini DLHK bersama Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) sulit menghentikan kebakaran yang terjadi di wilayah hutan, terlebih di medan yang sulit dijangkau dan berada dalam kawasan gambut karena alat pemadaman tidak mumpuni.
"Kalau lahan mineral jika sudah basah padam, sedangkan lahan gambut di atas kita lihat sudah padam, sedangkan di bawah ternyata masih ada api," ujarnya.
Ia menyampaikan kehadiran Manggala Agni sangat dibutuhkan Aceh karena mereka mempunyai alat yang cukup memadai untuk menangani karhutla.
"Kalau kebakaran di rawa kan tidak mungkin bawa masuk mobil damkar, sedangkan kalau ada, mereka punya mobil portable, bahkan alat khusus untuk padamkan api di lahan gambut," katanya.
Selama ini, lanjut dia, Aceh hanya mengandalkan bantuan pemadaman api yang datang dari Sumatera I Daops Sibolangit dengan jarak tempuh ke lokasi bisa lebih kurang hampir 15 jam perjalanan.
"Karenanya, Aceh sangat membutuhkan kehadiran Manggala Agni," demikian Muhammad Daud.
Manggala Agni adalah organisasi tingkat nasional yang bertugas di bidang pengendalian kebakaran hutan dan lahan dan bertanggungjawab terhadap Direktorat Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan, Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Manggala Agni terdiri atas banyak daops yang tersebar di daerah rawan karhutla. Pada tahun 2020, terdapat 34 daops yang ada di wilayah Indonesia.
Tahun 2023 lalu, sebenarnya sudah ada rencana pembentukan daops Nagan Raya di Aceh. Namun, tidak ada informasi lanjutan mengenai pembentukan daops tersebut di Tanah Rencong.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2024
"Aceh belum ada Manggala Agni, padahal mereka spesifikasinya memang untuk karhutla. Kalau ada mereka penanganannya lebih efektif," kata Plh Kepala DLHK Aceh Muhammad Daud di Banda Aceh, Kamis.
Muhammad Daud mengatakan selama ini DLHK bersama Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) sulit menghentikan kebakaran yang terjadi di wilayah hutan, terlebih di medan yang sulit dijangkau dan berada dalam kawasan gambut karena alat pemadaman tidak mumpuni.
"Kalau lahan mineral jika sudah basah padam, sedangkan lahan gambut di atas kita lihat sudah padam, sedangkan di bawah ternyata masih ada api," ujarnya.
Ia menyampaikan kehadiran Manggala Agni sangat dibutuhkan Aceh karena mereka mempunyai alat yang cukup memadai untuk menangani karhutla.
"Kalau kebakaran di rawa kan tidak mungkin bawa masuk mobil damkar, sedangkan kalau ada, mereka punya mobil portable, bahkan alat khusus untuk padamkan api di lahan gambut," katanya.
Selama ini, lanjut dia, Aceh hanya mengandalkan bantuan pemadaman api yang datang dari Sumatera I Daops Sibolangit dengan jarak tempuh ke lokasi bisa lebih kurang hampir 15 jam perjalanan.
"Karenanya, Aceh sangat membutuhkan kehadiran Manggala Agni," demikian Muhammad Daud.
Manggala Agni adalah organisasi tingkat nasional yang bertugas di bidang pengendalian kebakaran hutan dan lahan dan bertanggungjawab terhadap Direktorat Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan, Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Manggala Agni terdiri atas banyak daops yang tersebar di daerah rawan karhutla. Pada tahun 2020, terdapat 34 daops yang ada di wilayah Indonesia.
Tahun 2023 lalu, sebenarnya sudah ada rencana pembentukan daops Nagan Raya di Aceh. Namun, tidak ada informasi lanjutan mengenai pembentukan daops tersebut di Tanah Rencong.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2024