Meulaboh (ANTARA Aceh) - Masyarakat nelayan Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh masih mengalami krisis Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis solar subsidi sehingga banyak nelayan tidak melaut dan berpengaruh pada produksi ikan basah.

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Aceh Barat, Muhammad Ikbal, di Meulaboh, Senin, mengatakan, dari jumlah total kuota yang diberikan pemerintah, mustahil BBM Solar subsidi untuk nelayan tidak tercukupi, kecuali ada penyalahgunaan distribusi.

"Kuota 74.000 liter/hari Solar untuk Aceh Barat, hanya 19.000 liter yang disubsidi untuk nelayan sesuai yang kita rekomendasi. Bila melihat kuota itu hanya seperempat persen untuk nelayan, SPBUpun kita tanya, jelas mereka bilang tidak mencukupi,"sebutnya.

Ikbal menjelaskan, kuota Solar Subsidi untuk nelayan tidak ada penggurangan, malahan pada Stasiun Pengisian Diesel Nelayan (SPDN) di Padang Seurahet sudah dilakukan penambahan dari 8.000 liter/hari menjadi 10.300 liter per harinya.

Kemudian sisa hampir 10.000 liter direkomendasi pada Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Aceh Barat, akan tetapi jumlah itupun sudah sulit didapatkan para nelayan, sehingga pihaknya akan mempertanyakan kejujuran PT Pertamina (persero).

"Kami bersama Panglima Laot (pemangku adat laut) akan ke Depo PT Pertamina Aceh, kalau sepintas mereka menyatakan kuota tidak berkurang, tapi kenyataan di lapangan nelayan kita sudah menjerit, tidak ada solar untuk mereka melaut,"tegasnya.

Lebih lanjut dijelaskan, permasalahan kelangkaan BBM Solar yang disubsidi untuk nelayan terjadi dalam dua pekan ini, dari empat SPBU seputar Kota Meulaboh, hampir semuanya mengalami kondisi yang sama, termasuk pada SPDN Padang Seurahet.

Ikbal juga merasa bigung, terhadap pengelolaan SPDN, padahal pihak tersebut bisa mengajukan penambahan kuota apabila sudah tidak mencukupi, sehingga pihaknya membuat rekomendasi agar ditambah untuk memenuhi kebutuhan nelayan di daerah itu.

"Mungkin ini karena dikelola oleh pemilik yang sama, baik SPBU maupun SPDN, sehingga saat terjadi kelangkaan, semuanya mengalami. Yang tidak bermasalah saya lihat hanya di SPBU Suak Raya, di sana rekomendasi untuk nelayan Samatiga,"jelasnya.

Ikbal menuturkan, hampir dua tahun terakhir tidak pernah terjadi kelangkaan BBM Solar Subsidi nelayan, puncak persoalan mulai muncul pada Juli 2017, hampir semua nelayan mengeluh dan melaporkan ke dinas mereka tidak bisa melaut.

Pemkab Aceh Barat dipastikan tidak menggeluarkan rekomendasi lebih dari kuota yang dibutuhkan nelayan yakni sekitar 20 ton/hari, dengan jumlah tersebut tidak ada persoalan, walaupun kadang ada nelayan kabupaten tetangga mengisi BBM di Aceh Barat.

Kondisi tersebut sudah berpengaruh pada kondisi nelayan tidak bisa melaut, teruma nelayan pemilik armada di bawah 10 Grosstonage (GT), kondisi itu memicu kenaikan harga ikan basah karena produksi perikanan tangkap semakin berkurang.

"Yang bermasalah inikan nelayan kecil, mereka butuh minyak banyak, katakanlah satu hari mereka butuh 35 liter per boat untuk pulang pergi, kalau ada 300 boat sudah berapa untuk kebutuhan mereka. Ini masih kita cari solusi bersama,"katanya menambahkan.


Pewarta: Anwar

Uploader : Salahuddin Wahid


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2017