Pemerintah Aceh menyatakan bahwa kesiapsiagaan terhadap bencana alam perlu menjadi budaya di tengah masyarakat Aceh, mengingat provinsi ini merupakan salah satu daerah yang rawan bencana.
"Kesiapsiagaan bencana perlu menjadi budaya yang diterapkan oleh seluruh masyarakat Aceh," kata Plh Sekda Aceh, Azwardi, di Banda Aceh, Selasa.
Pernyataan itu disampaikan Azwardi, saat memimpin apel kesiapsiagaan dan gelar pasukan dalam rangka memperingati bulan pengurangan risiko bencana (PRB) 2024 di Balee Meuseuraya Aceh (BMA), Banda Aceh.
Azwardi mengatakan, Pemerintah Aceh berkomitmen dalam pengurangan risiko bencana, dan juga terus mendorong kesadaran mitigasi di tengah ancaman musibah alam yang tidak dapat diprediksi.
Dirinya mengingatkan, bencana bisa datang kapan saja. Maka, penting bagi masyarakat untuk terus meningkatkan pengetahuan dan kesadaran terhadap risiko nya sebagai bagian dari upaya mitigasi.
“Aceh merupakan daerah rawan bencana. Pengalaman pahit Tsunami dua dekade silam mengingatkan kita untuk terus waspada dan proaktif dalam penanggulangan bencana. Mempersiapkan diri menghadapi kemungkinan terburuk,” ujarnya.
Pemerintah Aceh, lanjut dia, telah menyusun konsep pengelolaan siaga bencana dengan peningkatan peralatan dan sumber daya yang tersedia.
Dalam hal ini, kolaborasi dari berbagai pihak, mulai dari unsur pemerintahan, TNI, Polri, masyarakat, hingga relawan, sangat dibutuhkan untuk mencapai kesiapsiagaan yang lebih maksimal.
“Dengan sinergi yang baik, kita harap Aceh dapat menjadi contoh kesiapsiagaan bencana bagi wilayah lain di Indonesia. Kolaborasi semua pihak dalam penanganan bencana adalah kunci mengurangi dampak buruk dan meminimalkan risiko,” kata Azwardi.
Sementara itu, Deputi Bidang Pencegahan BNPB, Prashinta Dewi mengingatkan masyarakat untuk selalu waspada terhadap berbagai bencana yang kerap terjadi selama musim hujan, seperti banjir, tanah longsor, serta potensi gempa bumi dan tsunami.
"Kita perlu mengingatkan semua pihak akan pentingnya kewaspadaan dalam menghadapi dampak bencana alam, khususnya yang dapat datang tanpa peringatan seperti gempa bumi yang berisiko tsunami," demikian Prashinta Dewi.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2024
"Kesiapsiagaan bencana perlu menjadi budaya yang diterapkan oleh seluruh masyarakat Aceh," kata Plh Sekda Aceh, Azwardi, di Banda Aceh, Selasa.
Pernyataan itu disampaikan Azwardi, saat memimpin apel kesiapsiagaan dan gelar pasukan dalam rangka memperingati bulan pengurangan risiko bencana (PRB) 2024 di Balee Meuseuraya Aceh (BMA), Banda Aceh.
Azwardi mengatakan, Pemerintah Aceh berkomitmen dalam pengurangan risiko bencana, dan juga terus mendorong kesadaran mitigasi di tengah ancaman musibah alam yang tidak dapat diprediksi.
Dirinya mengingatkan, bencana bisa datang kapan saja. Maka, penting bagi masyarakat untuk terus meningkatkan pengetahuan dan kesadaran terhadap risiko nya sebagai bagian dari upaya mitigasi.
“Aceh merupakan daerah rawan bencana. Pengalaman pahit Tsunami dua dekade silam mengingatkan kita untuk terus waspada dan proaktif dalam penanggulangan bencana. Mempersiapkan diri menghadapi kemungkinan terburuk,” ujarnya.
Pemerintah Aceh, lanjut dia, telah menyusun konsep pengelolaan siaga bencana dengan peningkatan peralatan dan sumber daya yang tersedia.
Dalam hal ini, kolaborasi dari berbagai pihak, mulai dari unsur pemerintahan, TNI, Polri, masyarakat, hingga relawan, sangat dibutuhkan untuk mencapai kesiapsiagaan yang lebih maksimal.
“Dengan sinergi yang baik, kita harap Aceh dapat menjadi contoh kesiapsiagaan bencana bagi wilayah lain di Indonesia. Kolaborasi semua pihak dalam penanganan bencana adalah kunci mengurangi dampak buruk dan meminimalkan risiko,” kata Azwardi.
Sementara itu, Deputi Bidang Pencegahan BNPB, Prashinta Dewi mengingatkan masyarakat untuk selalu waspada terhadap berbagai bencana yang kerap terjadi selama musim hujan, seperti banjir, tanah longsor, serta potensi gempa bumi dan tsunami.
"Kita perlu mengingatkan semua pihak akan pentingnya kewaspadaan dalam menghadapi dampak bencana alam, khususnya yang dapat datang tanpa peringatan seperti gempa bumi yang berisiko tsunami," demikian Prashinta Dewi.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2024