Kalangan pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh, memasok gelembung dan kulit ikan buntal untuk pasar ekspor.
"Kami memasok gelembung dan kulit ikan buntal ini ke Medan, Sumatera Utara, dan selanjutnya diekspor berbagai negara," kata Bahrul, pelaku UMKM pengolahan ikan buntal, di Banda Aceh, Senin.
Gelembung ikan buntal dimanfaatkan untuk kesehatan maupun benang. Sedangkan kulit untuk dikonsumsi karena beragam zat yang dibutuhkan tubuh.
Bahrul yang menggeluti UMKM pengolahan ikan buntal sejak dua tahun terakhir itu mengatakan pengiriman pasokan gelembung dan kulit ikan buntal tersebut tergantung musiman.
"Kalau banyak pasokan bahan baku, maka kami bisa mengirim gelembung dan kulit ikan buntal setiap pekan. Kalau pasokan kurang, bisa sebulan sekali," katanya.
Untuk sekali pengiriman, kata dia, jumlahnya berkisar dua hingga lima kilogram. Untuk harga, tergantung harga pasaran di Medan, di kisaran Rp1 juta hingga Rp2 jutaan.
"Untuk gelembung, berat yang diterima penampung di Medan lebih dari tiga gram. Kalau beratnya tiga gram kurang, itu harganya murah, separuh harga pasar. Gelembung ini tidak bisa dilihat dari kecil besarnya ikan. Gelembung baru diketahui setelah ikan dikuliti," katanya.
Bahrul mengatakan pasokan ikan buntal didapat dari agen penampungan. Bahkan ada juga nelayan yang datang membawa ke tempat usahanya. Ikan buntal tersebut dibeli dengan harga Rp9 ribuan hingga Rp12 ribuan.
Selanjutnya, ikan buntal tersebut melalui proses pencabutan kulit dan mengambil gelembungnya. Kulit dan gelembung dijemur. Untuk gelembung, penjemuran selama dua hari dalam kondisi cuaca cerah
"Kalau waktu penjemurannya cukup, gelembung dan kulit ikan buntal bisa tahan lama. Sedangkan daging ikan buntal dibuang karena tidak bisa dikonsumsi," kata Bahrul.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2024
"Kami memasok gelembung dan kulit ikan buntal ini ke Medan, Sumatera Utara, dan selanjutnya diekspor berbagai negara," kata Bahrul, pelaku UMKM pengolahan ikan buntal, di Banda Aceh, Senin.
Gelembung ikan buntal dimanfaatkan untuk kesehatan maupun benang. Sedangkan kulit untuk dikonsumsi karena beragam zat yang dibutuhkan tubuh.
Bahrul yang menggeluti UMKM pengolahan ikan buntal sejak dua tahun terakhir itu mengatakan pengiriman pasokan gelembung dan kulit ikan buntal tersebut tergantung musiman.
"Kalau banyak pasokan bahan baku, maka kami bisa mengirim gelembung dan kulit ikan buntal setiap pekan. Kalau pasokan kurang, bisa sebulan sekali," katanya.
Untuk sekali pengiriman, kata dia, jumlahnya berkisar dua hingga lima kilogram. Untuk harga, tergantung harga pasaran di Medan, di kisaran Rp1 juta hingga Rp2 jutaan.
"Untuk gelembung, berat yang diterima penampung di Medan lebih dari tiga gram. Kalau beratnya tiga gram kurang, itu harganya murah, separuh harga pasar. Gelembung ini tidak bisa dilihat dari kecil besarnya ikan. Gelembung baru diketahui setelah ikan dikuliti," katanya.
Bahrul mengatakan pasokan ikan buntal didapat dari agen penampungan. Bahkan ada juga nelayan yang datang membawa ke tempat usahanya. Ikan buntal tersebut dibeli dengan harga Rp9 ribuan hingga Rp12 ribuan.
Selanjutnya, ikan buntal tersebut melalui proses pencabutan kulit dan mengambil gelembungnya. Kulit dan gelembung dijemur. Untuk gelembung, penjemuran selama dua hari dalam kondisi cuaca cerah
"Kalau waktu penjemurannya cukup, gelembung dan kulit ikan buntal bisa tahan lama. Sedangkan daging ikan buntal dibuang karena tidak bisa dikonsumsi," kata Bahrul.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2024