Blangpidie (ANTARA Aceh) - Bupati Aceh Barat Daya (Abdya), Akmal Ibrahim mengemukakan, pemerintahannya akan mengandalkan lembaga adat sawah, "Keujruen Blang" untuk memajukan pertanian, karena mereka yang berhubungan langsung dengan petani.

"Keujruen Blang ini sangat berperan dalam memajukan pertanian, karena mereka adalah orang yang dekat dan petuahnya selalu di dengar oleh petani," katanya kepada wartawan di Blangpidie, Selasa.

Dikatakan, Keujruen adalah orang sangat penting di Abdya, sehingga pihaknya bikin peraturan, kalau mereka membutuhkan kepala daerah, walaupun dia tidak pakai sandal dalam keadaan berlumpur diperbolehkan masuk kantor bupati.      
    
"Saya sudah perintahkan kepada ajudan, kalau mereka ingin ketemu saya jangan ditahan," tuturnya.

Bupati Abdya pernah menyampaikan pernyataan tersebut di sela-sela acara musyawarah petani turun ke sawah Musim Tanam (MT) Rendengan 2017 yang dihadiri Staf Ahli Kementerian Pertanian RI Bidang Lingkungan, Mukti Sardjono, Kadis Pertanian Aceh, Hasanuddin Darjo, Dandim 0110/Abdya Lekol Inf Puji Hartono, Kapolres Abdya AKBP Andy Hermawan, Anggota DPRK Abdya.

Akmal Ibrahim mengatakan, periode 2007-2012 para anggota lembaga adat sawah diberikan fasilitas serta kemudahan hingga mereka menjadi hebat, sehingga program tanam padi secara serentak yang dicanangkan oleh Pemerintah daerah setiap tahun berjalan dengan lancar.

"Dulu, saya berikan mereka (keujruen blang) fasilitas, saya berikan mereka kemudahan, dulu mereka hebat. Jadi, kedepan ini harus lebih hebat lagi. Apalagi sekarang saya sudah menjadi Bupati kembali yang dilantik sekitar 28 hari lalu. Tetapi semangat saya masih seperti dulu, masih bisa senyum masih bisa marah," ujarnya.

Ia meminta kepada seluruh Keujruen Blang yang telah dipecat dari jabatan oleh pemerintahaan periode lalu untuk kembali menemui dirinya selaku kepala daerah baru ataupun bertemu dengan Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten.      
    
Sebab, tanpa keterlibatan Keujruen Blang, Bupati dan Camat tidak sanggup mengurus lahan sawah petani saat musim tanam padi tiba.

"Jadi, hasil produktifitas padi, budaya dan tradisi pertanian di Abdya, kedisiplinan kita, semangat petani kembalilah. Musim gotong royong turun sawah, ada bendera yang kita naikkan untuk pemberitauhan pada seluruh petani sebagai kode sudah memasuki musim tanam padi," katanya.

Staf Ahli Kementerian Pertanian Bidang Lingkungan, Mukti Sardjono mengatakan, petani di Aceh memiliki kenikmatan yang sangat luar biasa, betapa tidak, selain kepala daerah yang peduli dengan sektor pertanian, harga gabah di Aceh juga di atas harga pembelian pemerintah (HPP).

"Petani di Provinsi Aceh sangat nikmat bila kita bandingkan dengan petani di Pulau Jawa. Kalau di Jawa harga gabah sekarang hanya sekitar Rp3.700/kilogram. Tapi kalau di Aceh, harga gabah kering panen mencapai Rp 4.500/kilogram," ujarnya.

Mukti berkeyakinan, Kabupaten Abdya kedepan akan menjadi sentral beras di wilayah barat selatan Aceh meskipun nantinya akan bersaing dengan Kabupaten Nagan Raya.

Tapi, dengan semangat kepala daerah yang luar biasa, Abdya pasti akan menjadi sentral pangan di Provinsi Aceh, katanya.

"Kami juga berharap, dengan luas lahan dimiliki, Kabupaten Abdya kedepan juga harus menjadi sentral jagung dan kedelai. Jagung dan kedelai saat ini diekspor ke beberapa negara seperti Philipina dan Thailand. Jadi, Aceh Tenggara dan Aceh Selatan sudah luar biasa banyak jagung saat ini. Jadi, Abdya jangan kalah dengan mereka," tuturnya.


Pewarta: Suprian

Uploader : Salahuddin Wahid


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2017