Meulaboh (ANTARA Aceh) - Aktivitas jasa penyeberangan dari Meulaboh, Kabupaten Aceh Barat, menuju Sinabang, Kabupaten Simeulue, Provinsi Aceh, kembali normal, karena cuaca di perairan daerah tersebut mulai membaik.

Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Pelabuhan Meulaboh, Zulkifli di Meulaboh, Senin mengatakan, lebih satu bulan jasa pelabuhan Meulaboh tidak digunakan karena Kapal Motor Penyeberangan (KMP) Teluk Sinabang tidak bisa sandar ke dermaga itu.

"Alhamdulillah, sudah mulai normal kembali untuk jasa pelayanan penyeberangan lewat pelabuhan Meulaboh menuju Sinabang. Walaupun kondisi alun gelombang belum begitu mendukung, namun masyarakat sudah bisa dilayani kembali," sebutnya.

Namun demikian, untuk jadwal pelayaran sudah dikurangi dari sebelumnya tiga kali dalam satu minggu, saat ini hanya dua kali dalam satu minggu, yakni hari Jumat dan Minggu, perkiraan waktu tiba pukul 07.00 WIB dan keberangkatan pukul 14.00 WIB.

Zulkifli menuturkan, pada Minggu (17/9), KMP Teluk Sinabang tiba pukul 07.30 WIB dan terpaksa diberangkatkan lebih cepat yakni pukul 10.30 WIB karena kapal feri tidak bisa sandar lama akibat alun gelombang tinggi di laut sekitar pelabuhan.

Ia menyampaikan, sebenarnya keberangkatan tersebut sudah kali ketiga setelah sebelumnya sempat terhenti, jumlah penumpang dari Sinabang yang turun dan tujuan utama ke Kota Meulaboh mencapai 400 orang.

"Malah dihari pertama feri mendaratkan penumpang dari Sinabang ke Meulaboh mencapai 300 penumpang, kemudian diberangkatkan sampai 150-an. Banyak mahasiswa tujuan ke Meulaboh, termasuk juga pejabat dan pegawai, maupun sebaliknya," sebutnya.

Untuk mengatasi persoalan pengaruh cuaca di teluk dermaga pelabuhan Meulaboh tersebut hanya dibutuhkan tanggul pemecah gelombang (breakwater), Pemkab Aceh Barat sudah mengusulkannya pada pemerintah atasan, namun belum direalisasi.

Zulkifli menuturkan, wewenang Dinas Perhubungan (Dishub) Aceh Barat dalam hal ini pengelolaannya oleh UPTD terhadap pelabuhan penyeberangan terletak di Desa Tengoh, Kecamatan Samatiga itu, memberi pelayanan jasa di daratan hingga menaiki kapal.

Apabila kapal feri tidak singgah, maka tidak ada kegiatan pelayaran dan kondisi demikian berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari retribusi maupun pengelolaan jasa pelabuhan yang telah dibangun oleh pemerintah tersebut.

"Jadwal pelayaran saat ini sudah dua kali dalam satu minggu, jadi kita minta pada calon pengguna jasa, untuk bergegas datang karena kondisi laut tidak bisa diprediksi, kadang harus dipercepat waktu keberangkatan, karena faktor alam," katanya menambahkan.

    

Pewarta: Anwar

Uploader : Salahuddin Wahid


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2017