Meulaboh (ANTARA Aceh) - Wakil Ketua DPRD Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh, Usman mengharapkan proyek pembangunan jaringan irigasi daerah irigasi Lhok Guci bisa dipercepat sebagaimana diharapkan Presiden RI Joko Widido.

"Bila pembangunan (jaringan irigasi) Lhok Guci tidak tuntas pada 2018, kami tidak yakin pada 2019 nanti saluran itu sudah mengaliri air ke sawah petani. Selama 2018 ini kami tidak tahu bagaimana pekerjaan itu," katanya di Meulaboh, Senin.

Pembangunan jaringan irigasi Lhok Guci di Kecamatan Pante Ceureumen, Aceh Barat itu, masuk dalam proyek strategis nasional melalui penetapan Peraturan Presiden Nomor 58 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Perpres Nomor 3 tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional (PSN) pada 15 Juni 2017.

Usman menyampaikan, sejak era 1970-an petani bercocok tanam pada sawah tadah hujan dan satu kali musim tanam dalam satu tahun, namun kini sudah diterapkan dua kali dalam satu tahun, walaupun dengan tidak tersedianya infrastruktur pertanian memadai.

Saluran irigasi Lhok Guci mencakupi tujuh dari 12 kecamatan Aceh Barat, total luasan area cakupan jaringan irigasi Lhok Guci saat di review menjadi 12.700 hektare, yang sedang dikerjakan untuk saluran sekitar 229 Km dan untuk luas bangunan 371 Km.

"Kalaupun tidak semua sawah teraliri, setidaknya untuk cakupan jaringan irigasi itu sudah lumayan. Selama ini kami sudah mengusulkan pembangunan sumur bor di area sawah sebagai sumber air, biar petani bisa menanam padi,"sebutnya.

Lebih lanjut dikatakan, pada tahun anggaran 2016 pembangunan jaringan irigasi tersebut mendapat alokasi dana APBN senilai Rp300 miliar, namun untuk paket pekerjaan selama 2017 tidak diketahui, apakah nilainya sama untuk mengejar percepatan pembangunan itu.

Politisi Partai Golkar ini optimis, apabila irigasi Lhok Guci tersebut sudah berfungsi mengaliri air ke sawah, barulah pertumbuhan ekonomi petani tanaman sederhana itu bisa bangkit dan berkembang, lahan-lahan pertanian juga akan termanfaatkan lagi.

Tidak sedikit petani daerah itu melakukan alih fungsi sawah menjadi kebun, selain karena mengikuti tren harga komoditas seperti sawit, penyebab terjadinya penciutan lahan pertanian juga karena faktor terkendalanya usaha karena terbatas sapras pertanian.

"Saya sendiri juga petani, saya menanam padi di Kaway XVI. Tahun ini coba kita lihat cukup luas tanaman padi tidak dipanen, batang dan buahnya rusak karena mengalami kekeringan setelah ditanam, tidak ada sumber air,"katanya menambahkan.

Usman mengapresiasi dan mendukung kegiatan optimalisasi sawah atau program cetak sawah baru yang terus dilakukan pemerintah dengan TNI dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan dan kedaulatan pangan Indonesia.

Di samping juga untuk memperluas dan memanfaatkan kembali lahan sawah petani yang sudah banyak beralih fungsi menjadi kebun sawit ataupun area sawah yang sudah telantar dan tidak terurus oleh masyarakat dan petani.



Pewarta: Anwar

Uploader : Salahuddin Wahid


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2017