Sabang (ANTARA Aceh) - Kapal Marion Dufresne berbendera Perancis melakukan penelitian bersama dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Institute de Physique du Globe de Paris (IPGP), dan Earth Observatory of Singapore (EOS) selama 29 hari di Samudera Hindia, Aceh.

"Kapal Marion Dufresne bekerja sama dengan LIPI, IPGP, dan EOS melakukan penelitian di dasar laut serta geologi di bawah laut Samudera Hindia, barat Pulau Sumatera untuk mengetahui sumber gempa bumi berkekuatan 8,9 SR tahun 2012," kata Peneliti Bidang Geofisika Kelautan dari LIPI Dr Nugroho yang ikut bersama Kapal Marion Dufresne di Sabang, Sabtu.

Provinsi Aceh pada 12 April 2012 diguncang gempa bumi berkekuatan 8,9 SR dan tidak menimbul tsunami. Namun, gempa itu sempat membuat panik masyarakat pesisir seperti Kota Banda Aceh, Aceh Besar, Aceh Utara, Aceh Jaya, serta Aceh Barat dan sekitarnya.

Nugrogo menyebutkan para peneliti yang ikut serta dalam kapal tersebut terdiri dari Indonesia sembilan orang, delapan peserta floating summer school dari negara ASEAN, IOC Westpac delapan orang, teknisi 10 orang, anak buah kapal 47 orang, dan security officer Indonesia satu orang.

"Dari penelitian tersebut kami telah memetakan patahan kerak samudera di dasar Samudera Hindia," ujar Nugroho.

Lebih lanjut Nugroho menjelaskan, penelitian itu juga telah memetakan peta dasar laut seluas 90.000 kilometer persegi (km2) dan struktur lapisan dasar laut Samudera Hindia yang panjangnya lebih kurang 3.500 kilometer (km) guna mempelajari sumber gempa bumi yang terjadi tahun 2012.

Kapal Marion Dufresne bersama sejumlah peneliti tersebut bergerak dari Jakarta pada tanggal 25 September menuju lokasi penelitian di Samudera Hindia, lepas pantai Provinsi Aceh dan Sabtu (21/10) kapal berbendera Perancis itu berlabuh di Teluk Sabang.

Secara terpisah, Kepala Stasiun Meteorologi Cut Ba U Maimun Saleh Sabang Siswanto yang dimintai tanggapannya terkait gempa bumi di Provinsi Aceh 2012 menyatakan, gempa bumi yang menimbulkan tsunami harus memenuhi empat syarat, pertama pusat gempa atau episenter ada di dasar laut.

Kedua, kedalaman pusat gempa atau hiposenternya termasuk gempa dangkal lebih 60 kilometer, ketiga kekuatan gempa atau magnitudonya di atas 6,5 SR dan terakhir mekanisme pergerakan gempa adalah sesar normal (bergerak naik turun).

"Pada kasus gempa 8,9 SR tahun 2012 belum dipenuhi syarat mekanisme pergerakan gempa adalah sesar normal (bergerak naik turun) dan gempa tersebut sesar bergerak dengan mekanisme sesar geser," katanya.

Siswanto juga menjelaskan, gempa bumi yang bergerak secara sesar geser akan relatif kecil terjadinya perpindahan material atau air laut yang merambat ke arah pantai.


Pewarta: Irman Yusuf

Uploader : Salahuddin Wahid


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2017