Blangpidie (Antaranews Aceh) - Tiga siswa SMPN 1 Blangpidie, Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya) dilarang masuk ruang belajar selama sebulan oleh pihak sekolah, karena dianggap nakal, sehingga mereka harus belajar di rumahnya masing-masing sampai menunggu ujian nasional pada April 2018.

Berdasarkan informasi yang dihimpun wartawan di Blangpidie, Kamis, ketiga generasi bangsa yang sudah 11 hari dilarang masuk ke ruangan belajar oleh pihak sekolah tersebut berasal dari Desa Meudang Ara, Desa Kepala Bandar, dan dari Kuta Tinggi, Kecamatan Blangpidie.

"Kurang lebih sudah 11 hari anak saya tidak sekolah karena dijatuhi sanksi skorsing oleh pihak sekolah karena dianggap nakal. Ia baru diperbolehkan kembali masuk ke ruang belajar ketika sudah memasuki UN nanti," tutur salah seorang wali kepada wartawan sambil meminta agar namanya tidak dituliskan.

"Jadi, menurut pengakuan anak saya, ada juga 2 orang siswa lain yang bernasib sama dengan dia. Mereka dilarang masuk ke ruang belajar sampai tiba waktunya UN," kata orangtua siswa itu lagi.

Kepala SMPN 1 Blangpidie, Nurhayani didampingi wakilnya saat dikompirmasi wartawan membatah telah memberikan sanksi skorsing kepada anak didiknya.

"Bukan Skorsing, tapi dengan kata lain, tiga siswa ini untuk sementara waktu kita kembalikan ke pihak keluarganya, untuk dilakukan pembinaan secara serius oleh orangtua mereka sampai UN tiba," tuturnya.

Maksudnya, kata dia, ada beberapa orang siswa yang belajar di sekolah ini cukup nakal. "Kami pihak sekolah telah berusaha membina, secara berulang-ulang, baik oleh wali kelas, guru mata pelajaran, dan bahkan kita juga telah memamangil orang tuanya ke sekolah," ujarnya.

Namun, lanjut dia, hasil pantauan guru hari demi hari, perubahan itu tidak didapatkan.

Ketiga siswa itu selalu jarang berada di dalam lokal. Sampai ke sekolah dia cuma duduk dikantin, cabut, dan bahkan mereka pergi dari rumah tapi tidak sampai ke sekolah, tuturnya.

Tingkah dan prilaku 3 orang siswa itu sudah kelewatan. Untuk mengantisipasi agar tidak mempengaruhi siswa lain, pihak sekolah mengambil kesepakan untuk mengembalikan siswa tersebut kepada orang tuanya masing-masing, katanya menambahkan.

"Jadi, tujuan sanksi yang kita diberikan ini, supaya anak-anak bisa berpikir bagaimana rasanya kalau dia tidak ke sekolah. Dengan dia di rumah bersama orang tuanya, ada tidak arahan dari orang tuanya," kata Nurhayani.

Kepala Sekolah itu sangat mengharapkan pembinaan yang serius dari orang tuanya, agar adanya perubahan ke arah yang lebih baik, apalagi siswa ini sudah kelas 9 yang sembentar lagi menghadapi UN.

"Memang sudah 10 hari ini tiga siswa itu tidak ke sekolah, tapi mereka diberikan kesempatan untuk ikut UN, karena sudah terdaftar. Jadi, kita mengharapkan agar kedatangan orang tua mereka namun sampai saat ni tidak ada satupun yang datang," ujarnya.

Nurhayani mengaku tidak ada pengaruh hasil UN jika 3 orang siswa tersebut ketinggalan mata pelajaran. Sebab, jikapun ke sekolah mereka selalu berada di luar, sehingga dewan guru mengeluh, karena tiap hari harus mencari mereka saat memasuki proses belajar mengajar tiba.

Pewarta: Suprian

Editor : Heru Dwi Suryatmojo


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2018