Banda Aceh (Antaranews Aceh) - Para pemanah Aceh masih berpeluang besar meraih medali emas pada PON XX/2020 di Papua, karena mereka masih dalam kondisi prima sebagai seorang atlet.

Ketua Umum Pengurus Provinsi Persatuan Panahan Indonesia (Pengprov Perpani) Aceh, Nyak Amir kepada wartawan di Banda Aceh, Sabtu menyatakan, atlet panahan Aceh masih memiliki potensi meraih kembali medali emas di PON Papua, karena masih prima dan mengalami progres (kemajuan) dalam latihan yang dijalani selama ini.

Panahan kini menjadi cabang adalan utama bagi Aceh, setelah prestasi mengejutkan untuk pertama kalinya meraih satu medali emas, satu perak dan dua medali perunggu di PON XIX/2016 di Jawa Barat.

Medali emas dipersembahkan Nuzul Puji Rama dari nomor ronde nasional aduan perorangan putra, perak oleh Dhia Rahmad dari nomor recurve perseorangan, dua medali perunggu dari beregu ronde nasional aduan 40 meter dan beregu total dengan atlet Nuzul Puji Rama, Muhammad Heriansyah, Hendra dan Muchrizal.

Prestasi panahan masih konsisten dalam dua tahun terakhir ini. Selain Nuzul Fuji Rama, Dhia Rahmat dan Muhammad Mondir meraih medali perak nomor ronde compound pada kejuaraan nasional (Kejurnas) di Banda Aceh 2017, kini ada sejumlah pemanah potensial baik putra maupun putri yang berpeluang lolos Pra PON dan meraih meraih medali.

Nyak Amir mengakui prestasi panahan Aceh menurun pada Kejurnas 2017, hanya meraih satu medali perak melalui Muhammad Mondir dan satu perunggu dari beregu putri. Namun atlet panahan Aceh masih memiliki kosistensi prestasi.

Ternyata penurunan prestasi di Kejurnas hanyalah karena pengalihan nomor yang diikuti. "Atlet yang memperoleh medali di PON lalu kita alihkan dari nomor ronde nasional ke ronde recurve dan compound, sehingga tidak bisa tampil maksimal di nomor baru waktu itu," jelasnya.

Pengalihan nomor tersebut dilakukan karena sesuai peraturan, atlet tersebut tidak bisa lagi tampil di nomor semula di PON mendatang. Perubahan nomor berubah pula peralatan yang digunakan.

Diharapkan atlet tersebut mampu beradaptasi dan menguasai di nomor yang baru dalam latihan dan persiapan yang waktunya masih panjang, sehingga bisa lolos PON dan meraih medali.

"Saat ini kita belum bisa menyebutkan target bagi Nuzul meraih lagi medali emas di PON Papua, karena masih transisi dari nomor ronde nasional ke recurve dan compound. Namun kita optimis peluang itu ada, karena Nuzul sekarang masih dalam masa puncak yang prima," jelas doktor ilmu keolahragaan (sport science) alumni Universitas Negeri Surabaya ini.

Ketua Umum Perpani Aceh ini juga belum berani menentukan grafik pasti perkembangan prestasi atlet panahan Aceh dalam dua tahun terakhir setelah PON.

"Kita belum terlalu banyak ambil bagian di kejuaraan nasional resmi, karena belum ada kejuaraan resmi di tahun 2017 selain kejurnas di Aceh," sebutnya.

Demikian juga perkembangan prestasi atlet peraih medali emas PON di even-even nasional setahun belakangan ini, Nyak Amir belum bisa mempresentasikannya, karena tidak ada kejuaraan resmi yang diselenggarakan oleh Pengurus Pusat (PP) Perpani.

"Jadi belum ada suatu barometer perkembangan prestasi atlet tersebut setahun terakhir ini, kecuali Kejurnas 2017 di Banda Aceh," jelasnya.

Katanya, perkembangan prestasi atlet akan dilihat di kejuaraan tahun ini. "Insya Allah dalam tahun 2018 kita akan mengikuti beberapa kejuaraan. Setelah ikut kejuaraan, baru bisa kita evaluasi perkembangan prestasi atlet," ujarnya.

Kecuali itu, disebutkannya potensi pemanah Aceh saat ini untuk meraih kembali dan menambah medali emas di PON Papua tidak tertutup kemungkinan, karena atlet tersebut masih di peak (puncak) yang prima. "Insya Allah, akan diikuti oleh atlet-atlet lain," imbuhnya.

Sementara ini, ada 11 atlet putra dan putri potensial dimiliki Perpani Aceh yang rutin dan intensif menjalani latihan di lapangan panah di komplek Stadion Harapan Bangsa, Lhong Raya dan bantaran sungai (Krueng) Lamnyong, Banda Aceh.

Sebutnya, para atlet tersebut yaitu Mundir, Nurhayat, Heriansyah, Hendra, Muchrizal di nomor divisi compound yang mengalami kemajuan dalam latihan yang dijalani selama ini.

Selanjutnya, di divisi recurve ada Dhia Rahmat, Nuzul, Lilis, Siti Aisyah. Di nomor divisi nasional yaitu Widia, Kiki, Iqbal dan Haris.

"Selain atlet putra, kami optimis atlet putri juga memiliki potensi yang besar diantaranya Siti Aisyah, Lilis dan Widia," katanya.

Perpani Aceh juga terus melakukan pengembangan pembinaan. "Untuk kegiatan pembinaan, kita juga sudah memasyarakatkan olahraga panahan di kabupaten/kota dengan cara memberikan pelatihan pelatih, sejumlah sarana pendukung, sehingga kegiatan pembinaan berjalan sesuai yang kita harapkan. Selain itu, ada juga beberapa atlet yang dibina KONI Aceh," paparnya.
Pemanah putri juga serius berlatih setiap petang di lapangan panahan komplek Stadion Harapan Bangsa, Lhong Raya. (Foto Antara Aceh/Sudirman Mansyur).

Begitupun, Nyak Amir belum berani berkomentar banyak soal peluang meraih dan menambah medali emas di PON Papua. "Kami optimis peluang tersebut tetap ada," tegasnya.

Soal target, ia belum bisa menetukan target pasti. "Kita belum bisa membuat target. Nantilah akhir tahun akan kita evaluasi dan membuat target awal untuk PON," sebutnya.

Kendati begitu, dengan prestasi dan potensi atlet yang dimiliki serta jalannya kegiatan pembinaan selama dua tahun terakhir ini, Perpani Aceh tetap memiliki target ke depan yakni meraih dua emas, satu perak dan satu perunggu di PON Papua.

"Kita akan berusaha maksimal bisa lebih banyak lagi pemanah Aceh lolos ke PON Papua dan kembali meraih medali emas," ujar Dosen Olahraga di FKIP Unsyiah ini.

Dalam pelaksanaan pembinaan, Perpani Aceh tetap dihadapkan dengan kendala peratan. "Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa kendala yang sangat mendasar itu ada peralatan latihan. Itu sudah menjadi rahasia umum di setiap cabang olahraga," ungkap Nyak Amir.

Seperti diketahui, peralatan berlomba yakni busur yang harganya bisa mencapai Rp50 juta bahkan ada Rp100 juta yang digunakan untuk para atlet untuk bersaing di even nasional dan international. Sedangkan anak panah selusin mencapai Rp7 juta.

Atlet panahan Aceh pertama kali lolos ke PON XII/1989 Jakarta yaitu Irwansyah. Selanjutnya PON XIII/1993 Jakarta. PON XIV/1996 Jakarta, Gunawan Alza. PON XVIII/2012 Riau, Dhia Rahmat.

PON XIX/2016 di Jawa Barat, Aceh meloloskan empat atlet yaitu Nuzul Fuji Rama, Dhia Rahmat, Hendra, Muchrizal dan Heriansyah.

Di PON Jawa Barat ini panahan Aceh mencatat sejarah gemilang. Pertama kali meraih medali, yakni satu medali emas, satu perak dan dua medali perunggu.

Sebelumnya, Wakil Ketua II Bidang Pembinaan Prestasi KONI Aceh, Bachtiar Hasan menyebutkan saat ini ada 15 cabang olahraga andalan Aceh menghadapi PON Papua yaitu angkat besi, tarung derajat, atletik, panahan, kempo, taekwondo, tinju, karate, pencak silat, menembak, anggar, Judo, muathay, soft tenis dan petanque.

Panahan, angkat besi, atletik, tarung derajat dan kempo, tetap menjadi andalan utama meraih medali emas di PON Papua sesuai prestasi meraih medali emas di PON lalu dan konsisten prestasi serta pembinaan dalam dua tahun terakhir ini.

Pewarta: Sudirman

Editor : Heru Dwi Suryatmojo


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2018