Meulaboh (Antaranews Aceh) - Harga jual getah karet petani di Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh mulai membaik atau mengalami kenaikan dari Rp4.000/kg menjadi Rp8.000/kg karena permintaan komoditas itu pada tingkat penampung semakin tinggi.
"Dalam minggu ini harga beli getah karet oleh agen pengumpul kepada kami sudah naik Rp4 ribu per kilogram, mereka sudah kehabisan stok untuk kebutuhan pasar," kata Samsul, penderes karet di Desa Lhung Jawa, Kecamatan Woyla, di Meulaboh, Selasa.
Pada Februari-Maret 2018, harga beli getah karet petani setempat anjlok kelevel terendah yakni Rp4.000/kg akibat melimpahnya produksi, sementara kualitas getah karet yang dihasilkan dari deresan petani sedikit kotor.
Hal itu disebabkan oleh kondisi cuaca yang tidak menentu, bahkan kawasan pedalaman cenderung hujan sehingga air hujan tertampung dan bercampur dengan karet yang telah dideres dan ditahan dalam tempurung kelapa.
Sementara dalam dua pekan ini cuaca cenderung panas dan terik, sehingga kualitas getah karet kering dan sedikit bagus, akan tetapi produksi penderes justru menurun karena banyak diantara mereka sudah beralih profesi.
"Saya dua minggu ini sudah kerja bengkel las, saat kita deres harganya jatuh, begitu ditinggal malah naik, inilah kondisi harga karet daerah kami. Kalau dibilang permainan agen lokal, tidak juga. Mereka pun mengalami kondisi serupa,"keluhnya.
Lebih lanjut disampaikan, pada awal Januari 2018, harga ditingkat penampung lokal untuk getah karet deresan petani seharga Rp7.000/kg - Rp8.000/ kg, seiring melimpahnya produksi ditengah curah hujan tinggi membuat harga komoditas itu jatuh.
Meski demikian, kata Samsul, dirinya belum tertarik untuk menderes sementara ini disebabkan belum ada kepastian harga saat ini akan bertahan lama, apalagi menurut prakiraan cuaca wilayah barat selatan Aceh cenderung berpotensi hujan disertai petir.
Samsul menyatakan, hingga kini banyak diantara masyarakat yang sehari-hari menderes karet sudah berhenti, namun bukan bearti mereka sudah meninggalkan pekerjaan tersebut karena sudah menjadi kerja sampingan untuk kegiatan ekonomi petani.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2018
"Dalam minggu ini harga beli getah karet oleh agen pengumpul kepada kami sudah naik Rp4 ribu per kilogram, mereka sudah kehabisan stok untuk kebutuhan pasar," kata Samsul, penderes karet di Desa Lhung Jawa, Kecamatan Woyla, di Meulaboh, Selasa.
Pada Februari-Maret 2018, harga beli getah karet petani setempat anjlok kelevel terendah yakni Rp4.000/kg akibat melimpahnya produksi, sementara kualitas getah karet yang dihasilkan dari deresan petani sedikit kotor.
Hal itu disebabkan oleh kondisi cuaca yang tidak menentu, bahkan kawasan pedalaman cenderung hujan sehingga air hujan tertampung dan bercampur dengan karet yang telah dideres dan ditahan dalam tempurung kelapa.
Sementara dalam dua pekan ini cuaca cenderung panas dan terik, sehingga kualitas getah karet kering dan sedikit bagus, akan tetapi produksi penderes justru menurun karena banyak diantara mereka sudah beralih profesi.
"Saya dua minggu ini sudah kerja bengkel las, saat kita deres harganya jatuh, begitu ditinggal malah naik, inilah kondisi harga karet daerah kami. Kalau dibilang permainan agen lokal, tidak juga. Mereka pun mengalami kondisi serupa,"keluhnya.
Lebih lanjut disampaikan, pada awal Januari 2018, harga ditingkat penampung lokal untuk getah karet deresan petani seharga Rp7.000/kg - Rp8.000/ kg, seiring melimpahnya produksi ditengah curah hujan tinggi membuat harga komoditas itu jatuh.
Meski demikian, kata Samsul, dirinya belum tertarik untuk menderes sementara ini disebabkan belum ada kepastian harga saat ini akan bertahan lama, apalagi menurut prakiraan cuaca wilayah barat selatan Aceh cenderung berpotensi hujan disertai petir.
Samsul menyatakan, hingga kini banyak diantara masyarakat yang sehari-hari menderes karet sudah berhenti, namun bukan bearti mereka sudah meninggalkan pekerjaan tersebut karena sudah menjadi kerja sampingan untuk kegiatan ekonomi petani.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2018