Banda Aceh (Antaranews Aceh) - Pelabuhan rakyat yang terdapat di Gampong atau Desa Lampulo, Kota Banda Aceh, hingga kini masih melayani pelayaran tujuan Pulo Aceh di Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh.
"Di pelabuhan ini, kapal ikan telah diubah untuk transportasi laut Pulo Aceh-Banda Aceh pulang pergi," ujar warga sekitar pelabuhan Lampulo, Khairul (29), di Banda Aceh, Rabu.
Ia menjelaskan, pelayaran tujuan tersebut ditempuh armada kapal laut dalam waktu paling dua jam dengan frekuensi satu kali dalam sehari.
Setiap hari, penduduk yang berada di pulau terluar yang wilayahnya dekat dengan Pulau Weh, Kota Sabang, Aceh, tiba di "Serambi Makkah", julukan Banda Aceh sekitar pukul 10.00 WIB.
Lalu, dia melanjutkan, kapal yang sama akan berlayar kembali ke daerah paling jauh di ujung Sumatera ini dengan membawa berbagai kebutuhan penduduk sekitar pukul 14.00 WIB.
"Itu setiap hari. Terkecuali hari Jumat. `Kan kita tahu, hari Jumat itu penghulu hari dalam sepekan. Umat muslim, wajib melaksanakan Shalat Jumat," katanya.
"Apalagi Aceh sebagai paling ujung Barat di Indonesia ini, telah lama memberlakukan syariat Islam. Bahkan satu-satunya provinsi di negeri ini," kata Khairul.
Muhammad Amin (40), nakhoda kapal tujuan Banda Aceh-Pulo Aceh mengatakan, pihaknya mempekerjakan tenaga bongkar-muat sekitar 10 orang, meski pelayaran cuma dilayani sekali dalam sehari.
Ia menyebut, selain kebutuhan pokok yang diangkut dari ibu kota Provinsi Aceh menuju daerah terluar ini, terdapat juga penumpang kapal yang membawa kendaraan roda dua.
"Bongkar-pasang barang, menjadi hal yang biasa dilakukan buruh lepas. Biasanya mereka dibayar oleh penumpang. Contoh, menaikkan motor ke dalam kapal, mereka (buruh) dapat upah Rp25 ribu per unit," katanya.
Lazimnya, ujar dia, pelayaran ke Pulo Aceh mengalami hambatan. Seperti ombak laut selalu bergelombang, lalu angin berhembus kencang dan terkadang hujan deras dalam pelayaran.
"Alhamdulillah, hari ini keadaan laut sangat tenang. Cuaca hari ini, sangat bersahabat sekali," tutur Amin.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2018
"Di pelabuhan ini, kapal ikan telah diubah untuk transportasi laut Pulo Aceh-Banda Aceh pulang pergi," ujar warga sekitar pelabuhan Lampulo, Khairul (29), di Banda Aceh, Rabu.
Ia menjelaskan, pelayaran tujuan tersebut ditempuh armada kapal laut dalam waktu paling dua jam dengan frekuensi satu kali dalam sehari.
Setiap hari, penduduk yang berada di pulau terluar yang wilayahnya dekat dengan Pulau Weh, Kota Sabang, Aceh, tiba di "Serambi Makkah", julukan Banda Aceh sekitar pukul 10.00 WIB.
Lalu, dia melanjutkan, kapal yang sama akan berlayar kembali ke daerah paling jauh di ujung Sumatera ini dengan membawa berbagai kebutuhan penduduk sekitar pukul 14.00 WIB.
"Itu setiap hari. Terkecuali hari Jumat. `Kan kita tahu, hari Jumat itu penghulu hari dalam sepekan. Umat muslim, wajib melaksanakan Shalat Jumat," katanya.
"Apalagi Aceh sebagai paling ujung Barat di Indonesia ini, telah lama memberlakukan syariat Islam. Bahkan satu-satunya provinsi di negeri ini," kata Khairul.
Muhammad Amin (40), nakhoda kapal tujuan Banda Aceh-Pulo Aceh mengatakan, pihaknya mempekerjakan tenaga bongkar-muat sekitar 10 orang, meski pelayaran cuma dilayani sekali dalam sehari.
Ia menyebut, selain kebutuhan pokok yang diangkut dari ibu kota Provinsi Aceh menuju daerah terluar ini, terdapat juga penumpang kapal yang membawa kendaraan roda dua.
"Bongkar-pasang barang, menjadi hal yang biasa dilakukan buruh lepas. Biasanya mereka dibayar oleh penumpang. Contoh, menaikkan motor ke dalam kapal, mereka (buruh) dapat upah Rp25 ribu per unit," katanya.
Lazimnya, ujar dia, pelayaran ke Pulo Aceh mengalami hambatan. Seperti ombak laut selalu bergelombang, lalu angin berhembus kencang dan terkadang hujan deras dalam pelayaran.
"Alhamdulillah, hari ini keadaan laut sangat tenang. Cuaca hari ini, sangat bersahabat sekali," tutur Amin.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2018