Blangpidie (Antaranews Aceh) - Harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani di Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya) terus anjlok dari harga sebelumnya Rp5.600 menjadi Rp4.000/Kg, karena sedang memasuki puncak panen raya.

M Yunan, salah seorang pedagang penampung saat dikompirmasi wartawan di Blangpidie, Jumat mengatakan, pada awal musim panen, harga pembelian gabah di tingkat petani ditampung pedagang rata-rata mencapai Rp5.600/Kg.

Namun, lanjut dia, harga gabah tersebut secara perlahan terus menurun hingga sekarang berada di kisaran Rp4.000/Kg saat memasuki puncak panen raya padi pada awal April 2018.

"Turunya harga gabah ini karena pasokan dari petani ke sejumlah kilang padi melimpah. Sementara permintaan luar daerah berkurang lantaran musim panen padi kali ini serentak di sejumlah kabupaten/kota di Provinsi Aceh," tuturnya.

Anjloknya harga gabah hingga mencapai Rp1.600/kilogram tersebut sangat dikeluhkan oleh para petani. Karena, modal produksi yang dikeluarkan sudah semakin besar, sehingga tidak sesuai lagi dengan pemasukan. Apalagi upah panen padi tahun ini sudah dinaikkan.

Upah panen padi dengan mengunakan alat mesin pertanian (combine hervester) di Abdya mengalami kenaikkan dari Rp30 ribu menjadi Rp35 ribu - Rp40 ribu/kuital gabah pada Musim Tanam (MT) rendengan 2017-2018.

"Kalau tahun lalu, upah panen padi dengan combine milik swasta sebesar Rp30 ribu/kuintal gabah. Tahun ini upahnya sudah dinaikkan menjadi Rp35 ribu hingga Rp40 ribu," kata Kamaruddin, Ketua kelompok tani Sabe-Sabena, Desa Ie Lhob, Kecamatan Tangan-Tangan.

Kamaruddin berkata, naiknya upah panen padi rendengan tahun ini karena minimnya mesin combine yang masuk ke Kabupaten Abdya, sehingga para petani di pedesaan terpaksa harus antri menunggu proses pemotongan tanaman padi di sawah.

"Cukup luas tanaman padi yang seharusnya sudah dipanenkan, tetapi belum dipotong karena kekurangan mesin combine, sehingga tidak sedikit para petani saat ini gelisah. Mereka takut kalau tanaman padi telat dipanen gabahnya akan rontok," ungkapnya.

Berdasarkan data dihimpun wartawan, memasuki musim panen padi rendengan tahun ini pihak Dinas Pertanian, dan Pangan Abdya, telah menyiapkan 15 unit masin "Combine hervester" besar untuk membantu petani memanen padi di lahan sawah.

Upah panen dengan mesin combine milik pemerintah tersebut diambil sesuai Perbup yakni, Rp25 ribu/kuintal gabah, dan upah itu jauh lebih murah jika dibandingkan dengan upah mesin panen milik swasta yang mencapai Rp35 ribu- hingga Rp40 ribu/kuintal gabah.

Namun, setelah ditelusuri di lapangan ternyata dari 15 unit combine besar tersebut yang bisa beroperasi 11 unit, sedangkan sisanya dalam proses perbaikan akibat kerusakan tahun lalu.

Terlepas dari kerusakan, jumlah 15 unit tersebut memang sangat berkurang bila dibandingkan dengan jumlah luas lahan sawah mencapai 10 ribu hektare. Apalagi musim panenya serentak di sembilan kecamatan.

"Combine luar daerah banyak yang berkeinginan masuk ke Abdya, hanya saja tidak ada operator. Kami petani mau jadi operator itu cuma tidak mengetahui cara mengoperasikannya, karena tidak pernah mendapatkan pelatihan," ujar salah seorang petani yang dibenarkan oleh masyarakat tani lainnya.

Pewarta: Suprian

Editor : Heru Dwi Suryatmojo


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2018