Banda Aceh, 28/1 (Antara) - Ketua Badan Eksekutif Komunitas Solidaritas Perempuan Aceh Cut Risma Aini mengatakan perubahan iklim lebih berdampak kepada perempuan.
"Dampak perubahan iklim lebih dirasakan kalangan perempuan ketimbang kaum laki-laki," kata Cur Risma Aini di Banda Aceh, Selasa.
Pernyataan tersebut dikemukakan Cut Risma Aini saat menyampaikan materi berjudul "Perempuan Aceh dan Perubahan Iklim" pada lokakarya wartawan dengan tema meliput perubahan iklim.
Lokakarya yang diselenggarakan Lembaga Pers Dr Soetomo, Jakarta, dan Kedutaan Besar Norwegia di Indonesia, diikuti 30-an peserta dari kalangan wartawan, akademisi, praktisi, dan aktivis lingkungan hidup.
Cut Risma Aini mencontohkan dampak perubahan iklim bagi perempuan, seperti bencana banjir. Perempuan harus mendapatkan segala kebutuhan bagi keluarganya.
"Misalnya kebutuhan air bersih. Perempuan mencari air bersih untuk memasak, cuci pakaian, dan untuk dirinya sendiri yang lebih banyak," kata dia.
Begitu juga ketika terjadi kemarau panjang, sebut dia, sehingga perempuan yang bekerja d sektor pertanian tentu mengalami gagal panen. Akibatnya, ia terpaksa mencari penghasilan lain untuk membantu biaya hidup keluarganya.
Cut Risma mengatakan, belum sepenuhnya perempuan di Aceh memahami apa itu perubahan iklim. Yang mengetahui perubahan iklim ini harus perempuan-perempuan di perkotaan.
"Banyak perempuan di desa-desa belum mengetahui apa itu perubahan iklim. Hal ini kami ketahui ketika penelitian yang kami lakukan beberapa waktu lalu," sebut dia.
Dalam penelitian itu, kata dia, perempuan di pedesaan, terutama mereka yang tinggal di dekat kawasan hutan juga tidak mengetahui bagaimana mereduksi perubahan iklim tersebut.
"Kami pikir, perubahan iklim dan dampaknya bagi perempuan ini harus terus disosialisasikan, sehingga perempuan Aceh bisa lebih terlibat lagi dalam mereduksi perubahan iklim tersebut," kata Cut Risma Aini.

Pewarta:

Editor : Salahuddin Wahid


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2014