Meulaboh (Antaranews Aceh) - Para penjual aksesoris batu akik di Meulaboh Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh, semakin sepi pembeli seiring jatuhnya harga aksesoris yang menyerupai batu mulia tersebut di pasar lokal.
Zulkarnain, salah seorang penjual aksesoris batu akik, di Meulaboh, Kamis mengatakan, masa-masa booming batu akik sudah selesai, saat ini diobral pun susah dibeli masyarakat.
"Walaupun penggemar batu akik sudah sepi, tetapi saya tetap jualan karena tidak ada pekerjaan lain. Saya hanya berjualan setengah hari saja," kata dia.
Batu akik yang dijual bukanlah bahan mentah, namun telah di jadikan aksesoris seperti batu cincin, gelang dan liontin untuk kalung, harga jualnya bervasriasi tergantung jenis bahan batu.
Harga yang dijual juga sesuai dengan jenis dan kualitas pencahayaan batu serta ukuran, seperti bahan batu Giok Aceh Rp150 ribu per biji hingga termahal Rp300 ribu per biji, batu Solar Aceh Rp100 ribu per biji hingga termahal Rp300 ribu per biji.
Kemudian batu Indocrase Aceh seharga Rp150 ribu sampai Rp300 ribu per biji, Batu Madu mulai Rp100 ribu sampai Rp200 ribu. Blackjade Rp100 ribu sampai Rp200 ribu, Kecubung Rp100 ribu sampai Rp300 ribu per bijinya.
Sementara jenis batu madu menurut jernihnya batu tersebut, dalam seminggu ada laku sampai empat aksesoris biji batu, dalam sebulan sekitar 15 batu dapat terjual.
"Dalam sebulan hanya mampu menjual sebanyak 15 batu koleksi, sehingga tidak dapat dipastikan berapa omset yang dapat diperoleh dari hasil penjualan sebab pembeli tidak menentu," sebutnya.
Lanjut Zulkarnain, para pembeli saat ini pun bukanlah berasal dari lokal melainkan dari luar Provinsi Aceh, terutama adalah tamu dari luar yang berkunjung ke daerah setempat.
Meskipun di era digital, Zulkarnain mengaku tidak memakai fasilitas internet dalam berjualan batu akik karena tidak menguasai bagaimana proses berdagang secara online.
"Barang yang saya jual ini memang batu akik lokal, yang sudah dibentuk menjadi aksesoris. Pembelinya hampir rata - rata dari luar Aceh, termasuk ada juga dari kabupaten tetangga yang datang untuk membeli batu akik di Meulaboh," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2018
Zulkarnain, salah seorang penjual aksesoris batu akik, di Meulaboh, Kamis mengatakan, masa-masa booming batu akik sudah selesai, saat ini diobral pun susah dibeli masyarakat.
"Walaupun penggemar batu akik sudah sepi, tetapi saya tetap jualan karena tidak ada pekerjaan lain. Saya hanya berjualan setengah hari saja," kata dia.
Batu akik yang dijual bukanlah bahan mentah, namun telah di jadikan aksesoris seperti batu cincin, gelang dan liontin untuk kalung, harga jualnya bervasriasi tergantung jenis bahan batu.
Harga yang dijual juga sesuai dengan jenis dan kualitas pencahayaan batu serta ukuran, seperti bahan batu Giok Aceh Rp150 ribu per biji hingga termahal Rp300 ribu per biji, batu Solar Aceh Rp100 ribu per biji hingga termahal Rp300 ribu per biji.
Kemudian batu Indocrase Aceh seharga Rp150 ribu sampai Rp300 ribu per biji, Batu Madu mulai Rp100 ribu sampai Rp200 ribu. Blackjade Rp100 ribu sampai Rp200 ribu, Kecubung Rp100 ribu sampai Rp300 ribu per bijinya.
Sementara jenis batu madu menurut jernihnya batu tersebut, dalam seminggu ada laku sampai empat aksesoris biji batu, dalam sebulan sekitar 15 batu dapat terjual.
"Dalam sebulan hanya mampu menjual sebanyak 15 batu koleksi, sehingga tidak dapat dipastikan berapa omset yang dapat diperoleh dari hasil penjualan sebab pembeli tidak menentu," sebutnya.
Lanjut Zulkarnain, para pembeli saat ini pun bukanlah berasal dari lokal melainkan dari luar Provinsi Aceh, terutama adalah tamu dari luar yang berkunjung ke daerah setempat.
Meskipun di era digital, Zulkarnain mengaku tidak memakai fasilitas internet dalam berjualan batu akik karena tidak menguasai bagaimana proses berdagang secara online.
"Barang yang saya jual ini memang batu akik lokal, yang sudah dibentuk menjadi aksesoris. Pembelinya hampir rata - rata dari luar Aceh, termasuk ada juga dari kabupaten tetangga yang datang untuk membeli batu akik di Meulaboh," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2018