Meulaboh (Antaranews Aceh) - Universitas Teuku Umar (UTU) di Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh mengadakan seminar internasional mengkaji pengelolaan sumber daya pesisir untuk keberlangsungan pembangunan sosial ekonomi masyarakat.

"Dengan adanya seminar internasional ini akan muncul ide dan pemikiran intelektual dari pembicara untuk kemudian bisa ditindak lanjuti," kata Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) UTU, Dr Mursyidin, MA, di Meulaboh, Selasa.

Kegiatan yang digagas Fisip UTU tersebut menghadirkan pemateri guru besar dan pakar ekonomi dari perguruan tinggi dalam dan luar negeri.

Para pakar itu mengamati dinamika kehidupan pendidikan, sosial, ekonomi, politik dan penegakan hukum kawasan pesisir Aceh.

Mursyidin, menyebutkan dibutuhkan pengkajian lebih dalam terhadap pemanfaatan sumber daya pesisir sehingga membawa perubahan bagi kehidupan masyarakat yang mayoritas tinggal di dekat pantai adalah nelayan.

Selama ini, masyarakat nelayan masih dikonotasikan masyarakat miskin di Indonesia dan hal itu hampir semua benar setelah mengkaji dari analisis sosial, ekonomi, pendidikan masyarakat kawasan pesisir barat selatan Provinsi Aceh.

"Di samping itu ada kegiatan tri dharma perguruan tinggi, nanti akan ada semacam kerja sama dengan pihak akademisi melanjutkan penelitian. Kemudian akan kami berikan rekomendasi kepada pemerintah daerah sehingga akan ada perubahan,"imbuhnya.

Pembahasan yang paling banyak muncul dalam pertemuan itu adalah persoalan kesenjangan ekonomi masyarakat nelayan.

Meskipun banyak program pemberdayaan nelayan, tetapi tidak semua menyentuh apalagi meningkatnya ekonomi.

Dicontohkan, dalam kegiatan rutin nelayan di Aceh Barat, setelah membawa pulang hasil tangkapan, ternyata tidak seimbang dengan nilai tenaga dan modal biaya yang dikeluarkan selama melaut, justru keuntungan dinikmati oleh pemodal di darat.

Menurut Mursyidin, regulasi dalam penguatan dan pemberdayaan ekonomi nelayan diyakini sudah ada dan terbentuk, malahan ditambah kearifan lokal berupa adanya hukum adat laot (hukum adat laut), hanya saja dalam pelaksanaannya belum sempurna.

"Perlu penguatan regulasi yang telah ada, disamping juga kita mencari cara melalui rekomendasi dan saran intelektual, ?bagaimana nelayan itu bisa lebih sejahtera. Selama ini kan kehidupan nelayan begitu - begitu saja," tegasnya.

Seminar ini menghadirkan tiga guru besar, yakni, Prof Dr Ruhani Binti Mat Min dari University Malaysia Terengganu, Rektor Universitas Malikussaleh, Prof Dr H Apridar, SE, M.Si dan Rektor UTU Prof Jasman J Ma`ruf, SE., MBA.

Kemudian dari Walailak University - Thailand Dr Mr Abdulroya Panea Malae, Dr Zikri Bin Muhammad dari UMT Malaysia, sedangkan narasumber adalah Dr Kamaruzzaman, BS, MA dari UIN Ar Raniry - Banda Aceh, Dr TB Masa Djafar dari Unas - Jakarta, Dr Jumadil Saputra, M. Si dari UMT - Malaysia dan Murry Darmoko M, S.HI, MA dari Universitas Bhayangkara Surabaya.

Seminar bertema "Pengelolaan Sumber Daya Pesisir Untuk Keberlangsungan Pembangunan Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir di Aceh" itu diikuti 370 peserta dari kalangan mahasiswa, dosen serta tokoh nelayan berlangsung 9 - 10 Oktober 2018.

Pewarta: Anwar

Uploader : Salahuddin Wahid


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2018