Banda Aceh (Antaranews Aceh) - Sejumlah pelaku industri terutama pengolahan perikanan di Banda Aceh, hingga kini masih menggunakan garam dari Medan, Sumatera Utara, untuk kegiatan produksi usaha.

"Untuk 10 kilogram (kg) garam impor, cukup 40 kg ikan asin melalui proses perendaman selama dua hari," ucap pemilik UD Usaha Bersama Jaya, Teuku Arizal di Banda Aceh, Ahad.

Ia melanjutkan sedangkan memproduksi ikan "keumamah" atau disebut juga ikan kayu? merupakan ciri khas Aceh, harus melalui proses perebusan selama empat kali dengan menggunakan lima kilogram garam impor.

Sebagai pelaku industri mikro kelautan dan perikanan dengan memperkerjakan empat orang karyawan, lanjutnya, garam impor ini cukup mudah diperoleh di daerah berjuluk "Serambi Mekkah", seperti di warung pengecer atau pasar tradisional setempat.

Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh mengungkapkan dalam sembilan bulan dari awal tahun 2018 provinsi?tersebut? juga?mengimpor?

garam?dari?Singapura senilai 870.783 dolar AS.

Nilai impor ini meningkat 0,72 persen dibanding periode Januari hingga September 2017 dengan?nilai 864.600 dolar AS.

"Kalau garam (impor) Medan, kita beli Rp50 ribu per sak ukuran?10 kg di warung atau pajak (pasar). Garam impor ini pun cocok bagi usaha kita tekuni, dibandingkan penggunaan garam lokal," tutur Arizal.

Muhammad Nur Usman (65),?pemilik UD Puteh Meulu di Lampulo, mengaku, garam lokal?memiliki tekstur yang besar atau kasar?dengan rasa kurang tajam bagi industri digelutinya sejak tahun 1970-an tersebut.

Ia mencontohkan jika pekerjanya merebus daging ikan yang telah dipisahkan dari kulit, tulang, dan kepala ke dalam satu dandang besar, maka dibutuhkan dua kali lipat garam lokal dibandingkan produk garam impor

Kementerian Perindustrian menyebut?kualitas garam impor merupakan kriteria diinginkan oleh pelaku industri di Tanah Air akibat kandungan natrium klorida (NACL) lebih tinggi, yakni 97 persen ke atas, sedangkan garam lokal cuma 94 persen.

"Kalau memakai garam lokal, maka produk ikan olahan saya kurang bagus hasilnya," ucap?Nur Usaman.

Pewarta: Muhammad Said

Editor : Heru Dwi Suryatmojo


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2018