Simeulue (ANTARA) - Kalangan pelaku usaha garam di Kabupaten Simeulue, Provinsi Aceh, menyatakan produksi garam di kabupaten kepulauan itu mencapai 20,7 ton sepanjang 2023.
"Garam yang kami produksi sejak Januari hingga 11 Desember 2023 mencapai 20.700 kilogram atau 20,7 ton," kata Zulfikar, pemilik usaha garam, di Simeulue, Jumat.
Menurut Zulfikar, produksi garam miliknya sepanjang 2023 sama dengan tahun lalu. Setiap bulannya, usaha yang dibangunnya sejak 2018 itu bisa menghasilkan garam sebanyak 1.800 kilogram.
"Tahun ini, untuk jumlah produksi garam masih sama dengan tahun 2022. Ke depan, kami berupaya meningkatkan produksi seiring dibangunnya sarana pendukung," kata Zulfikar.
Zulfikar mengatakan saat ini pihaknya sedang membangun tempat penjemuran garam yang baru dengan kapasitas lebih besar dari yang ada saat ini. Jika ini selesai, maka jumlah garam yang diproduksi akan meningkat.
"Selain itu, kami juga berupaya memperluas areal lahan produksi guna meningkatkan produktivitas usaha. Namun, karena keterbatasan dana, maka pengembangan usaha sesuai dengan kemampuan yang ada," katanya.
Zulfikar menyebutkan usaha produksi garam yang dirintisnya juga memiliki kendala lainnya, yakni belum memiliki izin usaha produksi secara massal maupun untuk kebutuhan rumah tangga dari Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) RI.
"Belum adanya izin BPOM RI membuat garam yang kami produksi hanya untuk usaha pengeringan ikan, tidak untuk konsumsi rumah tangga. Saat ini, kami juga masih mengurus izin standar nasional Indonesia atau SNI," kata Zulfikar.
Sebelumnya, Dinas Kelautan Perikanan Kabupaten Simeulue menyatakan pemerintah daerah mengembangkan potensi garam guna meningkatkan perekonomian masyarakat di kabupaten kepulauan tersebut.
"Secara geografis, Kabupaten Simeulue dikelilingi lautan, sehingga memiliki potensi usaha produksi garam yang melimpah dan menjanjikan," kata Kepala Dinas Kelautan Perikanan Kabupaten Simeulue Isdawati.
Sekarang ini, kata Isdawati, baru ada satu usaha produksi garam di Kabupaten Simeulue. Produksi garam yang dihasilkan berkisar 750 kilogram hingga satu ton. Pemasarannya masih terbatas hanya untuk kebutuhan masyarakat Pulau Simeulue.
"Kami terus berupaya mencari investor yang berkeinginan menanamkan modalnya dalam pengembangan garam, sehingga potensi yang ada dapat dimanfaatkan dengan optimal," kata Isdawati.