Meulaboh (Antaranews Aceh) - Perusahaan perkebunan kelapa sawit PT Karya Tanah Subur (KTS) di Kabupaten Aceh Barat mulai melakukan penyesuaian untuk menutupi kerugian akibat harga minyak sawit mentah (CPO) anjlok.

Administratur PT KTS Astra Agro Lestari (Tbk) Maratuah Nasution, di Meulaboh, Kamis, mengatakan, operasional perusahaan dan produksi CPO tetap berjalan, tetapi biaya produksi lebih tinggi dibandingkan harga penjualan.

"Stok CPO tidak terlalu bermasalah, cuma kami merug. Kami sudah tekor sampai Rp1.500 per kilogram untuk penjualan CPO. Tapi yang namanya bisnis, ya, ada untung ada rugi, kalau operasional tetap seperti biasa, tidak ada masalah," katanya.

Selain mengelola perkebunan sawit, perusahaan tersebut juga memproduksi minyak mentah dengan biaya operasional rata-rata Rp7.000/kg, sementara untuk harga jual di pasar global CPO produk perusahaan tersebut Rp5.300/kg.

Oleh karena itu, kata Maratuah, beberapa penyesuaian dilakukan, mulai dari pengurangan nilai harga pembelian tandan buah segar (TBS baik dari petani maupun mitra kerja, dari biasanya seharga Rp1.100/ kg namun saat ini hanya bisa ditampung seharga Rp965/kg.

Selain itu, kata pimpinan perusahaan KTS ini, jatuhnya harga minyak mentah memaksa pihak perusahaan melakukan penyesuaian biaya operasional perawatan kebun sebagai upaya bertahan dan agar produksi tetap berjalan.

"Seperti kegiatan pembersihan, kita stop dulu sementara, begitu juga penggunaan racun, jangan terlalu banyak. Biasanya digunakan racun?1-2 liter, saat ini dikurangi, paling setengah liter saja per hektare. Itu saja yang bisa kami lakukan," imbuhnya.

Maratuah menyampaikan, sebagai salah satu anak perusahaan terbesar di Indonesia yakni Grub Astra Agro Lestari (Tbk), managerial perusahaan tersebut tentunya memiliki langkah - langkah strategis untuk bertahan dalam kondisi sulit saat ini.

Terlebih lagi, belum ada kepastian pada 2019 harga CPO akan naik, atau justru bisa semakin rendah, pihaknya tetap berusaha menyesuaikan dengan memangkas biaya yang tidak begitu perlu, supaya operasional perusahaan bisa berkesinambungan.

Namun demikian, pihak perusahaan tidak membatasi volume pembelian TBS produksi petani karena memang dibutuhkan untuk mencukupi bahan baku untuk totalitas produksi sebagaimana yang telah berjalan selama ini.

"Buah dari petani tetap kita beli, cuma, ya, harga disesuaikan. Tidak mungkin kamita beli TBS petani dengan harga seperti biasanya, sementara harga CPO terus jatuh. Kami sama-sama berharap industri sawit ini kembali normal," demikian Maratuah Nasution.

Pewarta: Anwar

Editor : Heru Dwi Suryatmojo


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2018